Repelita Bogor - Forum Tani Sawit menyatakan bahwa penyelesaian konflik agraria di Indonesia mengalami kemunduran signifikan sehingga ribuan keluarga petani terjebak dalam ketidakpastian hukum selama puluhan tahun.
Kasus di Taman Nasional Tesso Nilo menjadi contoh paling mencolok dari ratusan konflik serupa yang terus membara karena pemerintah gagal menyusun solusi struktural yang permanen.
Pernyataan tersebut disampaikan Ketua Forum Tani Sawit Abdul Aziz dalam diskusi terfokus bersama Pansus Konflik Agraria dan Pusat Studi Sawit IPB University di IPB Convention Center Bogor pada Kamis 27 November 2025.
Menurut Abdul Aziz, pendekatan yang selama ini dilakukan hanya bersifat penindakan sementara tanpa menyentuh akar masalah berupa ketidakjelasan batas kawasan hutan dan tumpang tindih izin usaha.
Akibatnya, petani yang sudah mengelola lahan secara turun-temurun justru dikriminalisasi, digusur, dan kehilangan mata pencaharian hingga menimbulkan trauma berkepanjangan.
Wakil Sekjen Forum Masyarakat Korban Tata Kelola Hutan dan Pertanahan Riau Samuel Simanjuntak menegaskan bahwa banyak warga sudah bermukim jauh sebelum kawasan ditetapkan sebagai taman nasional.
Namun kini mereka diperlakukan sebagai perambah ilegal sementara perusahaan besar dengan izin serupa sering kali lolos dari penegakan hukum yang sama.
"Jangan tiba-tiba datang terus mengusir masyarakat dengan pendekatan kekuasaan melalui alat-alat negara, kami ini juga anak-anak bangsa yang dijamin hak hidupnya," tegas Samuel Simanjuntak dalam forum yang sama.
Mantan Staf Ahli Hukum Kementerian ATR/BPN Yagus Suyadi menyebutkan terdapat lebih dari enam ratus titik konflik agraria yang belum tersentuh penyelesaian mendasar.
Ia menyoroti kontradiksi kebijakan di mana negara terus mendorong ekspor minyak sawit dan penghiliran industri sambil membiarkan petani kecil berada dalam posisi rentan akibat regulasi yang bertabrakan.
Para pembicara sepakat bahwa tanpa sinkronisasi data kawasan hutan, pengendalian HGU telantar, serta pendekatan humanis terhadap masyarakat, konflik serupa akan terus menjadi bom waktu di berbagai pelosok pedesaan Indonesia.(*)
Editor: 91224 R-ID Elok

