Repelita Jakarta - Pengamat politik dan ekonomi, Heru Subagia, memberikan tanggapan atas keputusan Presiden Prabowo Subianto yang melantik dua wakil menteri baru untuk Kabinet Merah Putih pada Rabu, 8 Oktober 2025.
Dua pejabat yang dilantik adalah Komjen (Purn) Akhmad Wiyagus sebagai Wakil Menteri Dalam Negeri dan Benjamin Paulus Octavianus sebagai Wakil Menteri Kesehatan.
Heru menilai kebijakan tersebut bertentangan dengan janji kampanye Prabowo yang sebelumnya menekankan pentingnya perampingan kabinet dan efisiensi anggaran.
Ini sangat jauh dari apa yang dikampanyekan oleh Prabowo sendiri untuk melakukan perampingan kabinet, efisiensi anggaran.
Ia menyebut langkah tersebut sebagai paradoks terhadap semangat efisiensi yang pernah dijanjikan.
Tentunya harapan-harapan tersebut menjadikan sebuah paradok.
Sudah nyata-nyata tercatat dan juga hutang luar negeri yang segera jatuh tempo juga sudah menumpuk sekonyong-konyongnya.
Heru juga menyoroti kebiasaan Presiden Prabowo yang dinilainya masih rutin memberikan gelar kehormatan dan jabatan politis kepada pihak tertentu.
Lagi-lagi Prabowo masih rutin membagikan, ya, kalau tidak gelar kehormatan dan juga pada akhirnya memberikan jabatan-jabatan politis di pemerintahan sekelas Wakil Menteri.
Menurut Heru, pola tersebut menunjukkan kecenderungan pemerintahan yang lebih mengutamakan kepentingan kelompok tertentu dibandingkan kesejahteraan rakyat.
Saya menyatakan pada intinya, sepertinya Prabowo lebih suka bagi-bagi gelar kehormatan dan jabatan terhadap kelompok-kelompoknya dan juga kroni-kroninya ketimbang bagi-bagi kesejahteraan, kebahagiaan dan optimisme terhadap rakyat Indonesia.
Ia menyebut bahwa tindakan tersebut merupakan bentuk ketidakkonsistenan terhadap janji politik yang pernah disampaikan kepada publik.
Prabowo telah berkhianat terhadap ucapannya, terhadap komitmennya.
Sudah nyata-nyata bahwa apa yang dilakukan Prabowo betul-betul memihak kepada kroni-kroninya, temennya, para tim pemenangnya.
Heru juga menyinggung kondisi ekonomi nasional yang menurutnya semakin berat, ditandai dengan kesenjangan ekonomi, meningkatnya angka PHK, dan daya beli masyarakat yang menurun.
Yang jelas-jelas bahwa di Indonesia terjadi kesenjangan, pemerataan ekonomi, lapangan pekerjaan yang sangat sempit, PHK di mana-mana, daya beli masyarakat lumpuh.
Ia menambahkan bahwa situasi tersebut turut memengaruhi kepercayaan investor asing terhadap arah kebijakan ekonomi pemerintah.
Investor-investor asing sudah meragukan ya kondisi-kondisi ekonomi, proyeksi ekonomi secara menyeluruh, dan pada akhirnya dengan adanya ketidakpercayaan domestik dari luar negeri ini membuktikan bahwa kepercayaan Pak Prabowo ini hanya dinikmati sekali lagi kroni-kroninya, tim suksesnya, teman-teman seangkatannya.
Heru menyimpulkan bahwa kebijakan tersebut telah melenceng dari semangat awal Prabowo yang sempat berjanji membawa kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.
Ini sudah mengkhianati cita-cita ya secara umum dan apa yang dikatakan secara publik bahwa akan berjanji mensejahterakan rakyat Indonesia, ya saya pikir ini hanya propaganda dan omon-omon.(*)
Editor: 91224 R-ID Elok