Repelita Yogyakarta - Sebuah rekaman berisi interaksi dengan asisten virtual milik Universitas Gadjah Mada telah menyebar luas di berbagai platform daring. Video tersebut menampilkan respons dari sistem kecerdasan buatan LISA yang mempertanyakan status alumni seorang Presiden Republik Indonesia.
Dalam rekaman yang beredar itu, LISA memberikan jawaban yang dianggap kontradiktif saat menerima pertanyaan mengenai latar belakang pendidikan Presiden Joko Widodo. Sistem tersebut menyatakan bahwa Presiden bukan merupakan lulusan dari Universitas Gadjah Mada meskipun pernah menjalani studi di Fakultas Kehutanan kampus yang sama.
Lebih lanjut LISA menambahkan keterangan bahwa Presiden tidak menyelesaikan pendidikannya dan dinyatakan tidak lulus dari institusi tersebut. Pernyataan yang saling bertolak belakang ini langsung memantik berbagai tanggapan dan perbincangan hangat di kalangan pengguna media sosial.
Isu tersebut muncul kembali di tengah berbagai pembicaraan publik yang menyoroti persoalan dokumen kelulusan. Pertanyaan serupa sengaja diajukan berulang kali kepada sistem LISA untuk menguji konsistensi dari jawaban yang diberikan.
Pada setiap percobaan LISA tetap memberikan respons yang kurang lebih sama tanpa adanya perubahan signifikan. Tanggapan tersebut kemudian membanjiri berbagai kolom komentar di platform media sosial besar seperti X dan Instagram.
Terhitung pada hari Jumat tanggal 5 Desember 2025, layanan LISA yang terpasang di Gedung Gelanggang Inovasi dan Kreativitas UGM tampak tidak beroperasi. Pada layar antarmukanya hanya terpampang sebuah pemberitahuan mengenai peningkatan layanan yang sedang dilakukan.
Pesan tersebut menjanjikan penyempurnaan pengalaman bagi pengguna dan meminta maaf atas penantian yang harus dilakukan. Halo, saya LISA. Saat ini layanan sedang ditingkatkan untuk memberikan pengalaman yang lebih baik. Terima kasih telah menunggu. LISA akan segera kembali.
Juru Bicara resmi Universitas Gadjah Mada Dr. I Made Andi Arsana menyatakan bahwa pihak kampus telah mengetahui perihal video yang viral tersebut. Dirinya mengonfirmasi bahwa LISA memang merupakan produk asli hasil pengembangan kolaboratif antara UGM dengan perusahaan teknologi Botika.
Sistem tersebut merupakan bagian integral dari inisiatif layanan universitas yang dikelola oleh Biro Transformasi Digital bersama Direktorat Kemahasiswaan. Andi dengan tegas menjelaskan perbedaan mendasar antara LISA dengan berbagai aplikasi kecerdasan buatan komersial yang populer digunakan masyarakat.
Basis data LISA sengaja dibatasi hanya pada informasi internal kampus yang mencakup urusan administrasi akademik, aktivitas kemahasiswaan, serta program pengembangan kapasitas diri. Layanan ini telah diluncurkan secara terbatas untuk dapat diakses oleh publik meskipun masih dalam tahap pengembangan yang berkelanjutan.
Proses pembelajaran sistem ini terus dilakukan untuk menyempurnakan kemampuan dan keakuratan respons yang diberikan. Sumber utama pengetahuan LISA berasal dari data internal Universitas Gadjah Mada yang dianggap paling sahih dan terpercaya.
Sistem baru akan merujuk pada informasi tambahan dari internet apabila pertanyaan yang diajukan tidak dapat dijawab oleh basis data internal. Mekanisme inilah yang kadang berpotensi menimbulkan ketidakakuratan dalam beberapa tanggapan yang diberikan.
Informasi yang disampaikan oleh LISA dalam rekaman viral tersebut dinyatakan tidak akurat oleh pihak universitas. Universitas Gadjah Mada menegaskan kembali bahwa Presiden Joko Widodo merupakan alumni resmi yang telah menyelesaikan studinya di universitas tersebut sebagaimana pernyataan resmi Rektor.
Adanya inkonsistensi dalam respons LISA justru mengonfirmasi bahwa sistem ini belum memiliki kapasitas untuk menangani pertanyaan sensitif terkait status personalia tokoh publik. Sistem tersebut masih memerlukan berbagai penyempurnaan mendalam untuk meningkatkan tingkat akurasinya secara signifikan.(*)
Editor: 91224 R-ID Elok
