Kritik tersebut diawali dengan komentar terhadap presentasi data dari Raja Juli selama rapat kerja antara Menteri Kehutanan dan Komisi IV DPR RI.
“Data yang bapak sampaikan, deforestasi hutan yang turun. Saya curiga, kebun kayu monokultur bapak hitung sebagai hutan primer, alam hutan primer di hulu sungai, sehingga deforestasinya turun,” kata Alex seperti yang dikutip dari siaran TV Parlemen.
“Itu juga tercermin dari data yang dipaparkan bahwa kerususakan di daerah aliran sungat sedemikian dahsyatnya,” tambahnya.
Ia memberikan ilustrasi tentang betapa masifnya kerusakan hutan yang telah terbukti memicu banjir bandang di berbagai daerah.
“Maka ngak heran kalau banjir bandang ini luar biasa. Kalau ada data, ada foto mungkin, dan pasti saya rasa bapak-bapak juga sudah diketahui ada gelondongan kayu di Saniang Baka, Kabupaten Solo. Itu kita pastikan dari Taman Nasional Kerinci 11,” ucapnya.
“Coba bayangkan, gimana enggak terjadi seperti ini, kalau memang pembiaran itu sudah terjadi sedemikian lama,” sambungnya.
Di samping itu, ia mempertanyakan keakuratan data deforestasi yang hanya mencakup aspek pembalakan liar saja karena menurutnya hal tersebut hanyalah bagian kecil dari masalah keseluruhan.
“Ini kan yang disampaikan cuma soal pembalakan hutan, pembalakan liar, secuil. Bapak tidak paparkan toh, data tambang ilegal yang menghancurkan hutan sedemikian parahnya. Ayo dong buka,” imbuhnya.
Padahal menurut pandangannya, deforestasi juga disebabkan oleh aktivitas tambang ilegal yang merusak lingkungan secara luas.
“Itu kan di sepanjang aliran sungai itu semuanya juga tambang ilegal. Enggak punya izin kok, dan itu kawasan hutan,” terangnya.
“Ke mana aja kita selama ini, Pak?” sambungnya.(*)
Editor: 91224 R-ID Elok

