:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/newsmaker/foto/bank/originals/Muzakir-Manaf-alias-Mualem-menceritakan-tingkah-kepala-daerah-saat-Aceh-dilanda-banjir.jpg)
Repelita Banda Aceh - Gubernur Aceh Muzakir Manaf mengungkap serangkaian keanehan yang menyertai banjir bandang sejak 26 November 2025.
Dalam wawancara bersama Najwa Shihab yang tayang Selasa 9 Desember 2025, Mualem menyebut bencana ini berbeda jauh dari tsunami 2004.
Air banjir bertahan lama, berwarna hitam pekat, berbau busuk, dan memicu gatal-gatal serta infeksi kulit massal di kalangan korban.
Banyak jenazah ditemukan dalam kondisi tanpa busana atau pakaian terbuka total.
Sedangkan binatang-binatang seperti kita lihat yang tidak mati, binatang melata itu seperti ular, biawak kita lihat ini tidak mati.
Fenomena itu membuat Mualem sampai menyebut peristiwa ini sebagai tsunami kedua bagi Aceh.
Pasti kita lihat di lapangan bahwa dengan hujan lebih kurang 8 hari, 8 malam, jadi di situ kita lihat dampak banjir yang luar biasa.
Sedikitnya empat kampung lenyap total dari peta, antara lain Dusun Bidari dan Sarah Raja di Aceh Utara serta dua desa di Nagan Raya.
Rumah-rumah di bantaran sungai rata dengan tanah, berubah menjadi aliran sungai baru.
Data BNPB per Senin 8 Desember 2025 pukul 20.00 WIB mencatat 961 korban meninggal dunia di seluruh Sumatra.
Rinciannya 389 jiwa di Aceh, 338 di Sumatera Utara, serta 234 di Sumatera Barat.
Sebanyak 293 orang masih dilaporkan hilang sementara lebih dari satu juta warga mengungsi.
Kerusakan infrastruktur mencakup 157 ribu rumah, ratusan jembatan, sekolah, dan fasilitas kesehatan.
Mualem menyatakan Aceh menerima bantuan obat-obatan dari Malaysia serta tim pendeteksi jenazah dari China yang bergerak sebagai organisasi swadaya.
Bantuan tiga ton obat tambahan dari Malaysia dijadwalkan tiba Rabu mendatang disertai tim dokter.
Kebutuhan paling mendesak saat ini adalah obat-obatan, tenaga medis, pakaian layak, alat ibadah, serta gas elpiji tiga kilogram.
Editor: 91224 R-ID Elok

