Repelita Jakarta - Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional Prof Arif Satria menyampaikan bahwa seluruh kajian serta naskah akademis untuk pembangunan Bandara Antariksa di Biak, Papua, telah rampung sepenuhnya.
Saat ini pihaknya hanya menunggu penetapan lokasi resmi dari pemerintah serta pengusulan proyek ini menjadi Proyek Strategis Nasional agar pelaksanaannya dapat dipercepat.
Sekarang kita sedang menunggu langkah kelanjutan tentang penetapan lokasi secara resmi. Kemudian yang kedua adalah kita ingin mengusulkan ini menjadi proyek strategis nasional agar bandara antariksa ini benar-benar bisa terwujud.
Jika berhasil dibangun, fasilitas ini akan menjadi tonggak sejarah baru bagi kemajuan teknologi antariksa Indonesia di kancah global.
Arif menegaskan bahwa sudah saatnya Indonesia memiliki bandara antariksa sendiri mengingat negara berkembang lain seperti India telah lebih dulu memilikinya.
Jadi kalau India saja punya, mestinya Indonesia juga harus punya. Memang belum banyak negara dunia ketiga yang memiliki bandara antariksa.
Keberadaan bandara antariksa akan memutus ketergantungan Indonesia pada fasilitas peluncuran satelit milik negara lain.
Apalagi saat ini BRIN telah mampu memproduksi satelit sendiri, termasuk Satelit Neo 1 yang dijadwalkan meluncur pada tahun 2026.
Arif Satria dalam waktu dekat akan melakukan kunjungan langsung ke lokasi yang direncanakan untuk memastikan kesiapan lahan.
Pendanaan proyek raksasa ini akan melibatkan berbagai pihak, termasuk investor asing yang sudah menyatakan minatnya.
Dari luar negeri juga ada yang berminat, dari berbagai negara yang berminat untuk ikut investasi di bandara antariksa ini.
Namun demikian, besaran porsi pembiayaan dari dalam negeri maupun luar negeri masih harus menunggu arahan langsung dari Presiden Prabowo Subianto sebagai keputusan akhir.
Editor: 91224 R-ID Elok

