Repelita Medan - Aktivis media sosial Jhon Sitorus menggebu-gebu menyerang pemerintah pusat karena dianggap membiarkan banjir bandang yang membantai warga Sumatera tanpa respons cepat dari Presiden Prabowo Subianto.
Mengapa banjir bandang di Sumatera belum ditetapkan sebagai status tanggap darurat oleh negara?, tanyanya dengan nada geram pada Jumat 28 November 2025.
Ia langsung menyindir keras dugaan diskriminasi penanganan bencana antara pulau Jawa dan Sumatera.
Apa karena kami bukan Jakarta, apa karena kami bukan Jawa?, sesalnya.
Jhon bahkan mempertanyakan keengganan pemerintah pusat menggelontorkan anggaran besar untuk penyelamatan.
Apa karena Negara takut mengeluarkan anggaran?, sindirnya lagi.
Menurutnya, infrastruktur di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat sudah hancur lebur dengan banyak jalur strategis terputus total.
Penanganan bencana sebesar ini tak cukup hanya diurus Provinsi saja, negara (pusat) harus turun total, tegas Jhon.
Ibukota emang lagi panas terik, tapi tolong lihat ke sini dong wahai rezim, tambahnya dengan nada mengejek.
Sumatera juga Indonesia. Aceh, Sumut dan Sumbar itu tiga Provinsi sedang berjuang sendirian dari banjir bandang yang meluluh lantakkan kehidupan, lanjutnya.
Wahai rezim putar sikit matamu ke Sumatera!, serunya menutup kritik.
Data terkini Polda Sumatera Utara mencatat korban tewas sudah mencapai 43 orang akibat banjir bandang sejak Senin 24 November 2025 di empat kabupaten yakni Sibolga, Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah, dan Tapanuli Selatan.
Di Humbang Hasundutan, banjir pada Selasa malam 25 November 2025 menewaskan lima warga, empat masih hilang, tujuh luka berat, dan dua luka ringan.
Kota Solok di Sumatera Barat pun tenggelam pada Rabu 26 November 2025 akibat luapan Sungai Batang Lembang dan Batang Gawan.
Sementara di Aceh, Gubernur Muzakir Manaf sudah menetapkan status tanggap darurat 14 hari sejak Kamis 27 November 2025 karena situasi semakin kacau dan akses terisolasi total.(*)
Editor: 91224 R-ID Elok

