Breaking Posts

10/trending/recent

Hot Widget

Type Here to Get Search Results !

Klaim Pemerintah Mobil di Indonesia Kompatibel BBM Etanol 20 Persen Dipertanyakan Produsen Masih Batasi di Buku Panduan Hanya 10 Persen

Repelita Jakarta – Pemerintah menyatakan bahwa mobil-mobil di Indonesia sudah kompatibel dengan bahan bakar campuran etanol hingga 20 persen.

Klaim tersebut disampaikan oleh Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM, Eniya Listiani Dewi.

Ia menyebut bahwa kemampuan mesin kendaraan di Indonesia sudah mendukung penggunaan etanol dalam kadar tinggi.

“Mobil-mobil, mau merek apa pun itu, sudah kompatibel dengan etanol. Secara kemampuan mesin maksimal bisa 20 persen,” ujar Eniya di Jakarta pada Senin, 7 Oktober 2025.

Namun, pernyataan tersebut dipertanyakan karena sejumlah mobil populer di Indonesia hanya mendukung campuran etanol hingga 10 persen.

Toyota Avanza dan Daihatsu Xenia, misalnya, dalam buku panduannya menyebutkan bahwa batas aman penggunaan etanol adalah 10 persen.

“Toyota membolehkan penggunaan bahan bakar campuran etanol hingga 10 persen. Pastikan angka oktan sesuai rekomendasi,” tertulis dalam panduan resmi Toyota.

Artinya, kedua model tersebut belum disarankan menggunakan bahan bakar dengan kandungan etanol lebih dari 10 persen.

Hal serupa juga berlaku untuk Mitsubishi Xpander.

Panduan pengguna Xpander menyebut bahwa pencampuran etanol maksimal adalah 10 persen, bukan 20 persen seperti yang diklaim oleh ESDM.

“Pencampuran hingga 10 persen etanol dan 90 persen bensin bebas timbal dapat dilakukan,” tertulis dalam manual resmi Xpander.

Penggunaan etanol di atas batas tersebut berisiko mengubah karakter pembakaran dan memengaruhi performa serta komponen mesin.

Mobil lain seperti Suzuki Ertiga, XL7, Jimny, Ignis, S-Presso, dan Grand Vitara juga memiliki batas kompatibilitas yang sama.

PT Suzuki Indomobil Sales dalam beberapa kesempatan menyatakan bahwa seluruh mobil Suzuki di Indonesia hanya mendukung E10.

“Sudah kompatibel dengan E10, kami cantumkan dalam buku pemilik,” kata Donny Saputra, Marketing Director SIS.

Dengan demikian, belum ada pabrikan otomotif yang secara resmi menyatakan bahwa mobil mereka di Indonesia siap menggunakan bahan bakar E20.

Kementerian ESDM sendiri mengacu pada kemampuan teknis mesin modern secara umum, bukan pada spesifikasi resmi dari produsen.

Mesin injeksi masa kini memang memiliki sistem pembakaran yang lebih adaptif dan dapat menoleransi campuran etanol lebih tinggi.

Namun, kompatibel secara teknis tidak sama dengan disetujui oleh pabrikan.

Produsen biasanya menetapkan batas aman berdasarkan hasil uji internal dan kondisi bahan bakar di masing-masing negara.

Di Indonesia, batas tersebut mayoritas masih berada di angka E10.

Penggunaan etanol yang berlebihan tanpa penyesuaian sistem bahan bakar dapat menyebabkan korosi pada tangki dan saluran bahan bakar.

Hal ini karena etanol bersifat higroskopis, yakni menyerap air dari lingkungan.

Selain itu, rasio udara dan bahan bakar dapat berubah, memengaruhi proses pembakaran dan menurunkan efisiensi konsumsi BBM.

Dengan kata lain, meskipun mesin mampu menoleransi etanol tinggi, belum tentu aman untuk penggunaan jangka panjang.

Sebagai informasi, Pertamina saat ini baru meluncurkan Pertamax Green 95 dengan kandungan etanol sebesar 5 persen.

Produk tersebut merupakan uji pasar menuju bahan bakar rendah karbon yang minim risiko bagi mesin kendaraan.

Menurut Kementerian ESDM, etanol yang digunakan berasal dari produksi dalam negeri, terutama dari molase tebu.(*)

Editor: 91224 R-ID Elok

Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Top Post Ad

Below Post Ad

ads bottom

Copyright © 2023 - Repelita.id | All Right Reserved