Repelita Jakarta - Pegiat media sosial Tifauzia Tyassuma atau yang dikenal sebagai Dokter Tifa mengumumkan bahwa buku berjudul Gibran’s Black Paper akan segera dirilis ke publik.
Buku tersebut disebut akan memuat hasil riset, data, dan analisis mendalam mengenai latar belakang Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka.
Dokter Tifa menyampaikan bahwa seluruh proses pengumpulan data telah rampung dan buku tersebut kini memasuki tahap akhir sebelum penerbitan.
“Alhamdulillah karena data-data dari Gibran itu juga sudah cukup lengkap, kami sudah selesai pada pengumpulan data,” ujar Tifa dikutip Rabu 15 Oktober 2025.
Ia menjelaskan bahwa setelah proses meta analisis selesai dilakukan, jadwal peluncuran buku dimajukan dari rencana semula.
“Insya Allah buku Gibran’s Black Paper maju ya dari jadwal kami di bulan Desember 2025, insya Allah awal bulan November 2025 sudah bisa kami rilis ya,” jelasnya.
Tifa belum mengungkap secara rinci isi buku tersebut, namun memastikan bahwa seluruh informasi yang termuat bersumber dari data dan riset yang telah diverifikasi oleh timnya.
Peluncuran buku ini disebut-sebut akan menjadi salah satu publikasi paling kontroversial di penghujung tahun karena menyoroti perjalanan politik dan rekam jejak putra sulung Presiden Jokowi.
Menanggapi isu seputar dokumen pendidikan Gibran, Ketua Direktorat Diseminasi Informasi dan Sosial Media DPP PSI, Dian Sandi Utama, menyampaikan kritik terhadap upaya yang dinilai mencoreng institusi pendidikan.
“Kemarin menghina institusi pendidikan dalam negeri, sekarang menghina institusi pendidikan luar negeri,” ucap Dian.
Ia menegaskan bahwa tindakan tersebut berpotensi merusak hubungan diplomatik Indonesia dengan negara lain, termasuk Singapura, tempat Gibran menempuh pendidikan.
“Singapura itu negara kecil, kampus di sana sedikit, mereka bertahan karena integritas,” jelasnya.
Dian menyebut bahwa tudingan terhadap lembaga pendidikan di Singapura seolah bisa disuap atau dibeli merupakan bentuk penghinaan yang dapat memperburuk hubungan antarnegara.
“Orang Indonesia yang menghina-hina seolah mereka bisa dibeli, bisa membuat hubungan kedua negara menjadi buruk,” tandasnya.
Ia juga mengingatkan bahwa bukti kelulusan Gibran dapat dilihat secara terbuka melalui dokumentasi resmi kampus luar negeri.
“Kalian meragukan ijazah yang mereka keluarkan, kalian ragukan Gibran yang photo wisudanya terpampang di kampus. Apa itu tidak namanya menjelekkan institusi pendidikan mereka?” kuncinya.(*)
Editor: 91224 R-ID Elok