Repelita Jakarta - Program Makan Bergizi Gratis (MBG) kembali menjadi sorotan setelah ribuan siswa dilaporkan mengalami keracunan di berbagai wilayah.
Pengamat politik Rudi S Kamri menyebut insiden tersebut sebagai tragedi serius yang tidak bisa dianggap sebagai kesalahan teknis biasa.
Dalam pernyataan yang disampaikan melalui kanal YouTube Anak Bangsa Channel pada 28 September 2025, Rudi menyebut jumlah korban telah melampaui 6.400 orang.
Ia menilai dampak dari kejadian ini sangat luas, tidak hanya menyentuh para siswa, tetapi juga menimbulkan kekhawatiran di kalangan orang tua dan masyarakat.
Menurutnya, kepercayaan terhadap program MBG mulai goyah akibat efek berantai dari kasus keracunan tersebut.
Rudi juga mengutip pendapat ahli gizi Dr. Tan yang mengkritik komposisi menu MBG yang dinilai tidak sesuai dengan kebutuhan anak-anak dan tidak berbasis pada bahan pangan lokal.
Dr. Tan menyoroti penggunaan makanan seperti spaghetti, burger, dan mie instan yang berbahan dasar gandum, sementara Indonesia tidak memproduksi gandum secara alami.
Ia juga menyoroti keberadaan menu seperti daging olahan berwarna pink dan susu tinggi gula yang dianggap tidak layak dikonsumsi oleh anak-anak.
Rudi mengungkapkan bahwa anggaran MBG tahun ini mencapai Rp171 triliun dan direncanakan meningkat menjadi Rp235 triliun pada tahun depan.
Namun ia menilai pengelolaan program tersebut masih jauh dari kata ideal dan lebih terlihat sebagai proyek komersial ketimbang program sosial.
Ia menyebut bahwa sistem sentralisasi melalui Satuan Pemenuhan Pangan Gizi (SPPG) justru memperburuk kualitas makanan yang disediakan.
Sebagai alternatif, Rudi mengusulkan agar pengelolaan MBG diserahkan langsung kepada pihak sekolah.
Ia menyarankan agar dana dialokasikan ke sekolah dan dikelola oleh komite sekolah bersama orang tua murid, dengan pengawasan dari puskesmas setempat.
Menurutnya, pendekatan ini akan lebih transparan dan menjamin kualitas makanan karena orang tua akan lebih bertanggung jawab terhadap konsumsi anak-anak mereka.
Rudi juga menekankan pentingnya makanan yang dimasak dan dikonsumsi dalam waktu yang wajar agar tetap layak dan aman.
Ia mendesak Presiden Prabowo Subianto untuk turun langsung mengevaluasi keseluruhan pelaksanaan program MBG.
Rudi memperingatkan bahwa jika tata kelola tidak segera diperbaiki, maka cita-cita luhur Presiden bisa tercoreng oleh kegagalan sistemik yang terjadi di lapangan.(*)
Editor: 91224 R-ID Elok