Repelita Bangkok - Ketegangan militer kembali memanas di kawasan perbatasan Thailand dan Kamboja setelah bentrokan bersenjata pecah di sekitar dua kuil kuno yang selama puluhan tahun menjadi sumber sengketa wilayah dan simbol nasionalisme kedua negara.
Candi Preah Vihear dan Ta Muen Thom, dua situs bersejarah bernilai tinggi, menjadi titik panas pertikaian terbaru yang memicu baku tembak, serangan roket, hingga pengerahan jet tempur dalam beberapa hari terakhir.
Perselisihan lama ini kembali meletus ketika pada 23 Juli 2025 seorang prajurit Thailand terluka akibat ledakan ranjau di distrik Nam Yuen, Ubon Ratchathani, yang berbatasan langsung dengan wilayah Kamboja.
Sehari berselang, bentrokan terbuka langsung pecah di sekitar Candi Ta Muen Thom, Provinsi Surin, di mana pasukan Kamboja disebut mendekati kawat berduri penanda perbatasan dengan membawa roket dan drone pengintai.
Pihak Thailand melalui Menteri Pertahanan menuduh langkah Kamboja sebagai provokasi terbuka yang memaksa militer Thailand membalas dengan meluncurkan serangan udara menggunakan enam pesawat tempur F-16.
Pemerintah Kamboja balik menuding Thailand telah melanggar kedaulatan negaranya dengan menjatuhkan bom cluster di wilayah dekat perkampungan warga dan menebar ancaman eskalasi internasional.
Perselisihan seputar Preah Vihear sebenarnya sudah berlangsung sejak lama dan mencuat kembali setiap kali muncul gesekan baru di lapangan, meskipun Mahkamah Internasional pada 1962 sudah memutuskan bahwa situs tersebut berada di bawah kedaulatan Kamboja.
Thailand sampai saat ini tetap mempertahankan klaim atas sebagian wilayah di sekitar kompleks kuil dan menolak sepenuhnya mengakui yurisdiksi ICJ untuk menuntaskan sengketa tapal batas yang sudah memakan korban jiwa.
Sengketa kali ini memuncak sejak Februari 2025 lalu ketika tentara Thailand membubarkan kerumunan pengunjung Kamboja yang berniat menyanyikan lagu kebangsaan di area Ta Muen Thom, memicu ketegangan yang berujung pada insiden penembakan fatal terhadap seorang prajurit Kamboja pada Mei.
Imbas bentrokan yang semakin terbuka ini, laporan terakhir mencatat sedikitnya 11 sampai 15 korban jiwa dari kalangan sipil Thailand, termasuk anak-anak yang tinggal di dekat zona konflik, sedangkan pihak Kamboja melaporkan satu warga sipil tewas dan beberapa lainnya terluka.
Korban dari unsur militer di kedua belah pihak juga terus bertambah seiring baku tembak sporadis di sejumlah titik. Lebih dari seratus ribu warga di wilayah Surin dan Chanthaburi terpaksa dievakuasi ke kamp darurat dan fasilitas publik untuk menghindari rentetan serangan artileri lintas batas.
Situasi di meja diplomasi pun tidak kalah panas. Thailand telah menutup seluruh pos lintas perbatasan dengan Kamboja dan menurunkan hubungan diplomatik, bahkan menolak opsi mediasi dari negara ketiga.
Kamboja menuduh Thailand melakukan penyerangan yang bukan hanya bersifat militer tetapi juga serangan terhadap simbol budaya dengan merusak situs bersejarah yang telah diakui UNESCO sebagai warisan dunia sejak 2008.
Seruan gencatan senjata dan dialog damai datang dari berbagai pihak mulai dari Dewan Keamanan PBB, ASEAN, hingga Amerika Serikat dan China, namun belum membuahkan hasil nyata.
Eskalasi di sekitar Preah Vihear dan Ta Muen Thom menunjukkan bahwa sengketa warisan budaya ini telah berubah menjadi pusaran konflik geopolitik yang menyimpan risiko lebih besar jika tidak segera diselesaikan secara menyeluruh.(*)
Editor: 91224 R-ID Elok