Repelita Jakarta - Sejumlah aktivis muda mengkritik tajam sikap negara yang dianggap takut terhadap ekspresi digital seperti meme.
Mereka menyatakan bahwa ketakutan tersebut menunjukkan lemahnya rasa percaya diri rezim atas kekuasaannya sendiri.
Menurut para aktivis, negara yang kuat seharusnya mampu menanggapi kritik secara terbuka, bukan dengan cara represif.
Menanggapi hal itu, Wakil Ketua Umum Prabowo Mania 08, Andi Azwan, menekankan pentingnya menjaga adab dan etika saat menyampaikan kritik, terutama oleh kalangan muda.
Ia mengingatkan bahwa kebebasan berekspresi tidak boleh mengabaikan nilai kesopanan yang merupakan bagian dari budaya ketimuran.
“Andai teman-teman ini mahasiswa, jangan selalu mengacu pada Eropa dan Amerika. Kini kiblatnya sudah bergeser ke Cina,” ujarnya.
Andi Azwan menambahkan bahwa pandangan dunia saat ini tidak lagi terpusat pada Barat seperti Eropa dan Amerika Serikat.
Negara-negara Asia seperti Tiongkok, Jepang, dan Korea Selatan dianggap menunjukkan kekuatan lewat penanaman nilai adab dan disiplin sejak dini.
“Bagaimana Cina, Jepang, atau Korea mengutamakan adab sebagai pondasi utama. Itu sebabnya mereka maju,” tegasnya.
Menurutnya, hal ini menjadi dasar utama kemajuan teknologi dan ekonomi di negara-negara tersebut.
Relawan Prabowo Mania melihat pergeseran pengaruh ke Asia sebagai tanda bahwa kemajuan bukan hanya soal kebebasan berekspresi, tetapi juga soal karakter, etika, dan kepatuhan pada nilai-nilai fundamental berbangsa.
Dalam forum tersebut, relawan mengajak mahasiswa dan generasi muda untuk tidak hanya menjadikan budaya Barat sebagai acuan dalam berpikir dan bertindak.
Mereka berharap kritik kepada pemerintah tetap disampaikan dengan cara santun dan membangun.
Editor: 91224 R-ID Elok