Repelita Jakarta - Dokter Tirta menyoroti maraknya kasus usus buntu yang berakhir dengan operasi.
Usus buntu kini semakin banyak ditemukan pada generasi Z, khususnya yang sering mengonsumsi makanan yang seharusnya dihindari.
Melalui akun X @tirta_cipeng, ia mengungkapkan bahwa banyak kasus usus buntu yang terlambat ditangani, karena pasien sering menganggapnya sebagai nyeri perut biasa.
"Banyak kasus usus buntu yg akhirnya perforasi dan pecah itu karena telat dilakukan tindakan. Karena pasien merasa itu nyeri perut biasa," ungkap Dokter Tirta.
Fenomena pecahnya usus buntu sangat berbahaya dan bisa berujung pada kondisi darurat yang berisiko fatal, bahkan kematian.
"Kejadian pecahnya usus buntu itu termasuk sangat darurat. Telat bisa berujung kematian karena infeksi sistemik," jelasnya.
Usus buntu (apendisitis) adalah kondisi medis serius yang membutuhkan penanganan segera.
Beberapa bahaya dari usus buntu yang tidak ditangani dengan cepat antara lain:
- Perforasi - Jika tidak diobati, usus buntu bisa pecah dan menyebabkan bakteri menyebar ke rongga perut, menyebabkan infeksi serius.
- Peritonitis - Infeksi bakteri dapat menyebabkan peradangan pada lapisan perut yang mengancam jiwa.
- Abses - Terbentuknya kumpulan nanah yang dapat merusak jaringan sekitar.
Selain itu, penyebab utama usus buntu meliputi:
- Penyumbatan - Penyumbatan pada usus buntu dapat memicu peradangan dan infeksi.
- Infeksi - Infeksi bakteri menjadi salah satu pemicu peradangan pada usus buntu.
- Faktor genetik - Riwayat keluarga dengan usus buntu dapat meningkatkan risiko.
- Faktor gaya hidup - Kurangnya serat dalam diet, konsumsi makanan tidak sehat, dan kurangnya aktivitas fisik meningkatkan risiko.
Gejala usus buntu yang perlu diperhatikan adalah:
- Nyeri perut - Nyeri mendalam yang mendadak di bagian bawah perut kanan.
- Mual dan muntah - Biasanya disertai dengan nyeri perut.
- Demam - Terjadi apabila infeksi sudah menyebar.
- Perubahan buang air besar - Bisa berupa perubahan frekuensi atau konsistensi.
Penanganan yang cepat sangat penting untuk mencegah komplikasi serius akibat usus buntu. (*)
Editor: 91224 R-ID Elok