Repelita Jakarta - Kebijakan tarif tinggi ala Donald Trump kembali menghantui perekonomian global.
Jika Trump benar-benar kembali duduk di Gedung Putih, gelombang proteksionisme dipastikan akan menyeruak lebih besar.
Amerika Serikat sebagai mesin ekonomi dunia bisa saja memicu efek domino terhadap rantai pasok, ekspor, dan arus investasi global.
Indonesia berada di posisi yang rentan.
Sebagai negara yang masih bergantung pada bahan baku impor dan ekspor komoditas mentah, ancaman tarif dari AS bisa melumpuhkan banyak sektor industri.
Lantas, Indonesia sebenarnya mau pakai jurus apa untuk menangkis gelombang kebijakan Trump jilid dua?
Ekonom Anthony Budiawan memperingatkan, jika Indonesia tidak bersiap sejak sekarang, maka kita akan kembali terjebak dalam tekanan harga, pelemahan nilai tukar, hingga defisit neraca perdagangan.
Langkah konkret diperlukan, bukan wacana.
Pemerintah harus mulai memperkuat rantai pasok domestik, mendiversifikasi mitra dagang, serta mendorong ekspor bernilai tambah tinggi.
Jangan sampai Indonesia hanya jadi penonton saat negara lain berlomba-lomba memperkuat pertahanan ekonominya.
Perlu juga langkah diplomasi ekonomi yang cerdas dan tajam.
Netizen pun ikut menyuarakan kekhawatiran mereka.
“Kalau masih ngandelin ekspor mentah dan impor bahan baku, ya siap-siap digilas gelombang proteksionisme Trump,” tulis akun @kajiankritik.
“Pemerintah seharusnya udah nyusun langkah dari sekarang. Jangan nunggu kena dulu baru sibuk rapat,” tulis @ekonomiupdate.
Jurus Indonesia menghadapi ‘dislepet tarif Trump’ tidak bisa lagi basa-basi.
Harus konkret, cepat, dan penuh keberanian.
Karena di era perdagangan bebas yang semakin tak pasti ini, hanya negara yang tangguh dan adaptif yang bisa bertahan dan menang.(*)
Editor: 91224 R-ID Elok