Repelita, Jakarta – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengusulkan penambahan kuota impor minyak dan liquefied petroleum gas (LPG) dari Amerika Serikat senilai lebih dari 10 miliar dolar AS, atau sekitar Rp167,73 triliun (kurs Rp16.773 per dolar AS).
Usulan ini merupakan bagian dari strategi Indonesia untuk menanggapi kebijakan tarif resiprokal yang diberlakukan oleh Presiden AS Donald Trump. Indonesia berencana membeli barang-barang dari AS senilai 18 hingga 19 miliar dolar AS guna mengurangi surplus perdagangan dengan AS dan menghindari potensi tarif impor sebesar 32% terhadap ekspor Indonesia.
Untuk mencapai target tersebut, Bahlil menyarankan peningkatan impor LPG dan minyak mentah dari AS. Sebagai konsekuensinya, Indonesia mungkin perlu mengurangi impor LPG dari negara-negara lain seperti Qatar, Uni Emirat Arab, dan Arab Saudi sebesar 20% hingga 30%, tergantung pada ketentuan kontrak yang ada.
Pada tahun 2024, Indonesia mengimpor 217.000 barel per hari (bph) LPG, dengan sekitar 124.000 bph berasal dari AS. Sementara itu, impor minyak mentah Indonesia mencapai 306.000 bph, dengan hanya 13.000 bph yang berasal dari AS. Perusahaan energi negara, Pertamina, saat ini sedang meninjau strategi impor mereka dan menunggu arahan dari pemerintah.
Langkah ini diharapkan dapat memperkuat hubungan perdagangan antara Indonesia dan AS, serta membantu menyeimbangkan neraca perdagangan kedua negara.(*)
Editor: 91224 R-ID Elok