
Jakarta, 11 Desember 2024 - Partai Keadilan Sejahtera (PKS) mengalami kekalahan dalam perolehan suara di beberapa daerah, termasuk di basis massa mereka sendiri, pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak 2024. Kekalahan ini menjadi pukulan berat bagi PKS yang sebelumnya berhasil mempertahankan dukungannya di wilayah-wilayah strategis seperti Kota Depok, Kota Bekasi, Kota Sukabumi, Provinsi Jawa Barat, dan DKI Jakarta. Hasil rekapitulasi Pilkada menunjukkan bahwa dominasi partai ini mulai terkikis. Kandidat yang diusung PKS kalah bersaing dengan calon dari partai lain yang lebih berhasil meraih simpati masyarakat.
Guru Besar Ilmu Politik dan Keamanan Universitas Padjadjaran, Prof Muradi, menilai bahwa PKS sedang menghadapi proses perubahan besar dalam dinamika politiknya, yaitu political elite shifting. Muradi berpendapat bahwa PKS kini berhadapan dengan tantangan untuk bertransformasi menjadi partai yang lebih pragmatis. PKS, menurutnya, gagal mempertahankan basis tradisionalnya karena kurang peka terhadap perubahan kebutuhan pemilih. Strategi yang diterapkan selama dua dekade terakhir tidak lagi efektif di era politik sekarang.
Selain itu, Muradi juga mengungkapkan bahwa identitas PKS sebagai partai politik belum sepenuhnya terbangun. Isu dan gagasan yang diusung selama ini cenderung ambigu dan tidak tegas. Hal ini terlihat jelas dalam Pilgub Jawa Barat dan DKI Jakarta, di mana PKS tidak berhasil menunjukkan upaya maksimal untuk memenangkan pilkada, bahkan dalam mendorong kader organik partai untuk berkompetisi.
PKS juga dianggap bingung dengan pola politik yang terjadi saat ini. Struktur internal partai yang ada mengalami kesulitan bersaing dengan figur populer dari partai lain, sementara koalisi yang dijalin di tingkat pusat, provinsi, dan daerah tidak selaras, sehingga menambah kebingungan di tubuh partai.
Muradi menegaskan bahwa PKS harus segera merumuskan strategi baru untuk menghindari stagnasi politik. Jika tidak ada perubahan signifikan, partai ini berisiko hanya menjadi partai normatif yang tidak berkembang, bahkan terancam dikalahkan oleh partai-partai yang lebih lincah dan progresif, seperti Partai Gelora.
PKS perlu segera memperbaiki arah politiknya agar tidak terjebak dalam posisi yang stagnan dan menjadi partai yang tidak mampu bergerak naik atau turun. Muradi juga mengingatkan agar PKS segera beradaptasi dengan perubahan politik untuk bisa kembali diperhitungkan dalam konstelasi politik nasional pasca-Pilkada 2024.(*)
Editor: 91224 R-ID Elok