Gubernur Aceh vs Mendagri Berseberangan: Bupati Tak Sanggup Banjir Langsung Dipecat atau Justru Dimaklumi?

Repelita Jakarta - Pandangan terbelah muncul antara Gubernur Aceh Muzakir Manaf dan Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian terkait pernyataan tiga bupati yang mengaku tak mampu menangani banjir bandang dan longsor di wilayahnya.

Tiga bupati yang dimaksud adalah Haili Yoga dari Aceh Tengah, Mirwan MS dari Aceh Selatan, serta Sibral Malasyi dari Pidie Jaya.

Gubernur Aceh menilai sikap ketiga bupati itu sebagai bentuk kecengengan dan meminta mereka yang tidak kuat menghadapi bencana untuk segera mengundurkan diri.

Mualem menegaskan akan mengganti bupati yang menyerah dengan figur yang benar-benar siap melayani rakyat di tengah musibah berat.

Ia menyebut banjir kali ini jauh lebih parah daripada tsunami 2004 karena genangan air mencapai lima hari lebih dan menyebabkan penderitaan luar biasa bagi warga.

Berbeda dengan Gubernur Aceh, Tito Karnavian justru meminta publik memahami keterbatasan kepala daerah dalam menghadapi bencana berskala besar.

Mendagri menjelaskan tidak semua bencana dapat diselesaikan secara mandiri oleh pemerintah kabupaten karena ada tingkatan skala keparahan.

Menurut Tito, bencana di Sumatra kali ini terlalu berat jika hanya dibebankan kepada bupati tanpa dukungan penuh dari pusat.

Ia bahkan menyebut kepala daerah juga menjadi korban karena keluarga dan harta benda mereka ikut terdampak.

Wakil Menteri Dalam Negeri Bima Arya Sugiarto mendukung pandangan Tito dengan menyatakan pemerintah pusat siap mengucurkan bantuan sesuai perintah Presiden.

Bima menilai pernyataan ketidaksanggupan tiga bupati itu beralasan karena mereka telah menghitung kebutuhan pemulihan yang sangat besar.

Kerja sama semua pihak, kata Bima, menjadi kunci untuk mengatasi dampak banjir bandang di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat.(*)

Editor: 91224 R-ID Elok

 

Baca Juga