Menurutnya, di Sumatera Barat sama sekali tidak ditemukan indikasi bahwa operasional pertambangan menjadi penyebab utama bencana hidrometeorologi tersebut.
Sementara untuk Aceh dan Sumatera Utara, tim khusus kementerian sedang melakukan evaluasi lapangan secara menyeluruh sebelum mengeluarkan kesimpulan resmi.
Bahlil menegaskan bahwa setiap pemegang izin usaha pertambangan yang terbukti melanggar ketentuan lingkungan akan langsung dikenai sanksi berat tanpa pandang bulu.
Terkait tambang emas Martabe di Tapanuli Selatan yang sempat dituding memicu banjir, Bahlil mengungkapkan bahwa kegiatan perusahaan tersebut sudah dihentikan sementara sejak beberapa hari lalu.
Ia menjelaskan bahwa lokasi tambang berada di aliran sungai kecil, sedangkan banjir bandang terjadi di sungai tengah yang lebih besar, sehingga kaitannya masih harus dibuktikan lewat evaluasi teknis.
Saat ini seluruh alat berat milik perusahaan Martabe justru diminta fokus membantu evakuasi dan pemulihan korban bencana di wilayah terdampak.
Bahlil berjanji akan memberikan keputusan tegas setelah laporan tim evaluasi lengkap diterima dalam waktu dekat.
Sementara itu, Badan Nasional Penanggulangan Bencana mencatat jumlah korban meninggal dunia akibat rangkaian bencana di Pulau Sumatera mencapai 867 jiwa hingga Jumat sore 5 Desember 2025.
Rinciannya, Aceh menyumbang 345 korban jiwa, Sumatera Utara 312 jiwa, dan Sumatera Barat 210 jiwa.
Adapun korban yang masih dalam status hilang tercatat 521 orang, dengan distribusi 174 di Aceh, 133 di Sumatera Utara, serta 214 di Sumatera Barat.(*)
Editor: 91224 R-ID Elok
