Setoran Ratusan Juta dari PKL Pasar Induk Kramat Jati Diungkap, Gigin Praginanto Soroti Bekingan Kekuasaan

Repelita Jakarta - Pedagang kaki lima di kawasan Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta Timur, mengungkapkan adanya pungutan liar yang dilakukan oleh kelompok organisasi kemasyarakatan selama bertahun-tahun.

Para pedagang menyebutkan mereka diwajibkan menyetor uang bulanan sebesar satu juta rupiah ditambah dua puluh ribu rupiah setiap hari sebagai bentuk sewa tempat sekaligus perlindungan dari penertiban.

Salah seorang pedagang bernama Karsidi mengungkapkan bahwa sekitar seratus lima puluh pedagang di lokasi tersebut harus menyetorkan dana kepada kelompok ormas, yang nilainya dalam sebulan bisa mencapai dua ratus dua puluh lima juta rupiah.

Ia mengatakan, jika tidak memberikan setoran tersebut, mereka tidak diizinkan berjualan di area pasar.

Meski merasa keberatan, para pedagang tetap membayar karena merasa lebih aman dan terhindar dari penggusuran paksa.

Bahkan sempat terjadi insiden di mana petugas keamanan pasar hampir menjadi korban kekerasan saat hendak menertibkan lapak para pedagang kaki lima.

Sementara itu, sejumlah pedagang resmi yang berada di dalam pasar merasa dirugikan oleh keberadaan PKL yang dianggap tidak tertib dan sulit ditindak karena dilindungi oleh ormas.

Seorang pedagang bernama Riki menyampaikan harapannya agar aparat dan pemerintah segera mengambil tindakan tegas terhadap oknum ormas yang melakukan praktik seperti ini, demi menciptakan suasana pasar yang kondusif dan adil bagi seluruh pedagang.

Pengamat kebijakan publik Gigin Praginanto menyoroti fenomena ini lewat unggahan di akun X miliknya, @giginpraginanto.

“Yang paling kaya bekingnya. Cuma duduk di belakang meja sambil membagi setoran ke para penguasa,” tulisnya.

Pernyataan Gigin menggambarkan dugaan keterlibatan pihak-pihak kuat di balik praktik pemalakan ini yang menyulitkan penegakan aturan dan menciptakan ketimpangan di lingkungan pasar.

Editor: 91224 R-ID Elok

Baca Juga