Pertarungan Loyalitas Pribadi dan Kepentingan Bangsa: Warisan Nepotisme Jokowi yang Mencoreng Sejarah Politik

Repelita Jakarta - Presiden Joko Widodo dinilai meninggalkan jejak yang dinilai mencoreng sejarah politik Indonesia menjelang akhir masa jabatannya.

Nepotisme terbuka yang ditampilkan dinilai menciptakan preseden buruk dalam demokrasi bangsa.

Pengamat politik Eep Saefulloh Fatah menyebut bahwa Jokowi bukan hanya menghadapi dilema antara kepentingan negara dan partai.

Namun, ia justru memunculkan kondisi trilema yang mencakup kepentingan pribadi yaitu keluarga.

“Sebetulnya keluarga itu posisinya paling bawah karena dia paling sempit,” ujar Eep dalam video singkat yang beredar pada Minggu, 4 Mei 2025.

Menurut Eep, dalam tatanan ideal, kepentingan negara seharusnya menjadi yang utama, diikuti oleh kepentingan partai, lalu keluarga.

Namun, Jokowi justru membalik susunan itu menjelang akhir kekuasaannya.

Ia menyebut Jokowi mengambil langkah-langkah politik yang menunjukkan keberpihakan besar terhadap keluarga.

Termasuk di dalamnya penempatan tokoh-tokoh dekat di jabatan penting serta pengangkatan anak dalam peta kekuasaan nasional.

“Orang diberi tahu dengan amat sangat tegas dan terang benderang bahwa dia ternyata lebih setia kepada keluarga,” ucap Eep.

Dalam sistem demokrasi, warisan nepotisme yang ditinggalkan Jokowi disebut bukan sekadar cela.

Namun juga menjadi sinyal bahaya tentang penyimpangan arah kekuasaan.

Ketika loyalitas terhadap keluarga mengalahkan tanggung jawab kepada bangsa, demokrasi menjadi taruhannya.

“Keistimewaan diberikan kepada keluarganya, bukan kepada pihak yang lebih luas cakupannya, itulah tragedi Jokowi,” tutup Eep.(*)

Editor: 91224 R-ID Elok

Baca Juga