Repelita Jakarta - Gigin Praginanto, seorang pengamat kebijakan publik, melontarkan kritik tajam terhadap mutu pendidikan kedokteran serta kualitas layanan medis di Indonesia.
Ia menilai rendahnya standar kemampuan dokter dalam negeri menjadi alasan utama para pejabat, termasuk sejumlah menteri, lebih memilih melakukan perawatan medis di luar negeri.
Melalui akun pribadinya di platform X, @giginpraginanto, ia menyampaikan bahwa Indonesia telah tertinggal jauh dibanding negara tetangga dalam hal mutu dan kuantitas dokter.
“Mutu dan persentase dokter Indonesia sudah ketinggalan jauh dari tetangga sehingga banyak, termasuk para menteri, memilih berobat ke sana. Apalagi pendidikan dokter beraroma premanisme sehingga menghasilkan dokter defisit etika dan keahlian,” tulis Gigin.
Pernyataan tersebut muncul seiring meningkatnya kritik terhadap arah kebijakan pendidikan kedokteran di bawah kepemimpinan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin.
Kebijakan itu dianggap telah menimbulkan keresahan di kalangan akademisi, termasuk para guru besar dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI).
Para guru besar menyampaikan kekhawatiran mereka terhadap dampak kebijakan tersebut yang dinilai bisa memperburuk kualitas dokter dan dokter spesialis.
Ketua Dewan Guru Besar FKUI, Prof. Dr. dr. Siti Setiadi, menegaskan bahwa keputusan Kementerian Kesehatan berisiko langsung terhadap pelayanan kesehatan masyarakat.
“Kami para guru besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia menyampaikan keprihatinan mendalam atas kebijakan kesehatan dan pendidikan kedokteran dari Kementerian Kesehatan yang berpotensi menurunkan mutu dokter dan dokter spesialis, sehingga akan berdampak langsung pada kualitas pelayanan kesehatan masyarakat,” ujar Siti dalam konferensi pers yang digelar di Kampus UI Salemba, Jakarta Pusat. (*)
Editor: 91224 R-ID Elok