Repelita Bandung - Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, menanggapi keras kritik dari para pengamat yang kerap menyebutnya sebagai "gubernur konten" karena aktif membagikan aktivitasnya di media sosial.
Ia menegaskan bahwa lebih baik menjadi gubernur yang transparan dan mengalokasikan anggaran untuk rakyat daripada gubernur yang pasif dan hanya sibuk dengan protokoler serta perjalanan ke luar negeri.
Menurutnya, menjadi pemimpin yang berani melakukan perubahan berarti harus siap menerima berbagai kritik yang datang.
Dedi menyebut dirinya siap menghadapi kecaman dari pihak yang tidak setuju dengan gaya kepemimpinannya.
Ia mengingatkan bahwa dalam menjalankan pemerintahan, mental kuat sangat diperlukan agar pembangunan di Jawa Barat dapat terus berlanjut.
Meski baru menjabat selama tiga bulan, Dedi menyebut sudah banyak pihak yang merasa tidak nyaman dengan langkahnya.
Ia yakin dalam lima tahun ke depan, tantangan kritik akan semakin berat, namun ia tetap berkomitmen melanjutkan program yang telah berjalan.
Selain itu, Dedi juga membela kebijakannya mengirim anak-anak bermasalah ke barak militer sebagai bagian dari upaya pendidikan karakter.
Ia menilai hal itu bukan pelanggaran hak anak, melainkan upaya melindungi mereka dari pengaruh negatif, terutama konten digital yang tidak layak untuk dikonsumsi.
Dedi menyoroti banyaknya anak yang mengakses konten dewasa dan berbahaya melalui media sosial tanpa pendampingan orang tua, yang menurutnya merupakan pelanggaran hak anak yang lebih serius.
Ia mendesak pemerintah segera menerapkan aturan yang membatasi akses anak-anak terhadap media sosial yang tidak sesuai usia.
Perlindungan anak dari pengaruh negatif di dunia maya menurut Dedi adalah tanggung jawab bersama seluruh lapisan masyarakat dan institusi pendidikan.
Dengan regulasi yang tegas dan pengawasan ketat, ia berharap anak-anak dapat tumbuh dengan aman dan sehat secara psikologis.(*)
Editor: 91224 R-ID Elok