Breaking Posts

6/trending/recent

Hot Widget

Type Here to Get Search Results !

Jejak Kematian Jurnalis di Hotel D’Paragon Diduga Ditutupi, Polisi Didesak Bongkar Skenario Gelap

 Situr Wijaya yang meninggal di hotel Pragon, Kebon Jeruk, Jakarta Barat

Repelita Jakarta - Misteri menyelimuti kematian Situr Wijaya, wartawan asal Palu, yang ditemukan tak bernyawa di sebuah kamar Hotel D’Paragon, Jakarta Barat, Jumat, 4 April 2025.

Hingga kini, Polda Metro Jaya masih menyelidiki secara mendalam penyebab kematian jurnalis yang tengah bersiap mudik ke kampung ibunya di Purworejo itu.

Penanganan kasus ini berada di bawah Direktorat Reserse Kriminal Umum (Ditreskrimum) Polda Metro.

Penyidik telah memeriksa 13 orang saksi, menyita perangkat pribadi almarhum, dan kini tengah menanti hasil autopsi lengkap, toksikologi, serta uji DNA dari tim Forensik dan Medikolegal Mabes Polri.

Informasi terbaru diterima pihak keluarga melalui SP2HP (Surat Pemberitahuan Perkembangan Hasil Penyelidikan) pertama yang diserahkan pada Selasa malam, 15 April 2025.

Disebutkan, tim penyidik Unit 2 Subdit Jatanras telah menjalankan tujuh tahapan penyelidikan.

Namun, hasil utamanya—penyebab pasti kematian—masih menunggu laporan lengkap autopsi.

“Penyidik mengatakan hasil autopsi baru bisa diketahui minimal 15 hari setelah tindakan dilakukan. Kami berharap hasil itu menjadi dasar untuk langkah hukum berikutnya,” ujar Syahrul alias Heru, perwakilan keluarga yang juga ditunjuk oleh PWI Sulawesi Tengah.

Yang mengundang kecurigaan, pihak hotel disebut tidak langsung melapor ke polisi ketika mendapati korban tak merespons panggilan.

Sebaliknya, mereka justru memanggil ambulans, membersihkan lokasi kejadian, dan mengangkut jenazah tanpa olah tempat kejadian perkara (TKP).

Lebih lanjut, diduga ada surat keterangan kematian palsu dari rumah warga yang digunakan untuk menutupi fakta lokasi kejadian.

Rekaman hotel mencatat Situr check-in pada Kamis pagi, 3 April, pukul 09.22 WIB.

Ia sempat keluar kamar pukul 14.00 WIB dan kembali masuk pukul 17.30 WIB.

Setelah itu, tak terlihat lagi.

Hingga keesokan harinya, saat petugas hotel mencoba menghubungi dan tak ada respons, kamar dibuka paksa bersama Ketua RT setempat.

Situr ditemukan dalam posisi tertelungkup miring ke kiri—tak bernyawa.

Yang mencurigakan, ponsel korban terkunci dan kabar kematian justru pertama kali diterima keluarga dari telepon itu.

Diduga, ponsel telah dibobol oleh pihak yang belum diketahui identitasnya.

Jenazah Situr akhirnya dievakuasi dari pelataran RS Duta Indah Jakarta Utara pada Jumat malam sekitar pukul 21.00 WIB.

Saat itu, ia berada di dalam mobil ambulans Alphard hitam milik jasa pemulasaran jenazah.

Autopsi dilakukan keesokan harinya, Sabtu, 5 April, di RS Polri Kramat Jati, dimulai pukul 10.00 WIB.

Jenazah diterbangkan ke Palu pada Minggu, 6 April, pagi dengan Batik Air, dibiayai oleh Gubernur Sulawesi Tengah Anwar Hafid atas nama keluarga melalui istri almarhum, Selvianti.

Prosesi pemakaman berlangsung khidmat di kampung halaman, Desa Bangga, Sigi, Sulawesi Tengah, dan dihadiri tokoh publik termasuk Anggota DPR RI, Longki Djanggola.

Keluarga telah berkoordinasi dengan organisasi jurnalis seperti PWI dan AJI.

Mereka bersiap menempuh jalur hukum apabila hasil autopsi mengarah pada unsur pidana.

“Kami harus pisahkan, ini kematian alami atau ada tindak kekerasan. Metode pendampingan hukum akan disesuaikan setelah hasil forensik keluar,” tegas Syahrul.

Kasus Situr Wijaya menjadi pengingat bahwa nyawa jurnalis tak boleh diabaikan, apalagi jika kematian mereka menyisakan tanda tanya besar.

Investigasi ini harus dibuka seterang mungkin, bukan hanya demi keluarga, tapi juga untuk menjaga martabat profesi dan hak publik atas kebenaran.(*)

Editor: 91224 R-ID Elok

Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Top Post Ad

Below Post Ad

ads bottom

Copyright © 2023 - Repelita.id | All Right Reserved