Repelita Jakarta – Isu "matahari kembar" dalam pemerintahan Presiden Prabowo Subianto kembali mencuat. Fenomena ini mengacu pada dugaan adanya dua pusat kekuasaan dalam kabinet.
Hal ini terlihat dari pertemuan sejumlah menteri dengan mantan Presiden Joko Widodo di Solo.
Namun, yang menarik perhatian adalah respons dari Sekretaris Jenderal Partai Gerindra, Ahmad Muzani, yang tampil menjelaskan isu tersebut.
Pertanyaannya muncul: mengapa bukan Sufmi Dasco Ahmad, Ketua Harian Partai Gerindra, yang tampil menjelaskan?
Dahlan Iskan, kolumnis senior, menyoroti fenomena ini dalam catatannya. Ia menyebutkan bahwa biasanya Dasco yang tampil dalam situasi seperti ini. Namun kali ini, justru Ahmad Muzani yang muncul.
Dahlan menilai bahwa langkah Muzani ini menunjukkan adanya perubahan dalam dinamika politik internal Partai Gerindra.
Menurut Dahlan, penjelasan yang diberikan oleh Muzani melalui jalur partai, bukan lembaga kepresidenan, menunjukkan adanya pergeseran dalam cara komunikasi politik. Ia menilai bahwa hal ini bisa jadi merupakan strategi untuk meredakan isu "matahari kembar" tanpa melibatkan pejabat tinggi pemerintah secara langsung.
Dahlan juga menambahkan bahwa meskipun penjelasan Muzani bisa dianggap sebagai langkah diplomatis, publik tetap menilai bahwa isu ini perlu ditangani dengan serius.
Ia berharap bahwa ke depan, komunikasi politik dapat dilakukan dengan lebih transparan dan melibatkan pihak-pihak yang berkompeten.
Fenomena "matahari kembar" ini menjadi perhatian publik karena mencerminkan adanya ketidakjelasan dalam struktur kekuasaan pemerintahan.
Meskipun telah ada penjelasan dari Partai Gerindra, masyarakat tetap menantikan klarifikasi lebih lanjut dari pemerintah.
Hal ini untuk memastikan tidak adanya dualisme kekuasaan yang dapat mengganggu stabilitas politik negara.(*)
Editor: 91224 R-ID Elok