Repelita Mempawah - Aksi ratusan siswa SMA Negeri 1 Mempawah, Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat, viral di berbagai platform media sosial. Para siswa mendatangi sekolah dengan penuh emosi karena merasa masa depan mereka terganjal akibat kelalaian seorang guru.
Lebih dari 113 siswa gagal mengikuti Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP) untuk masuk Perguruan Tinggi Negeri (PTN) tanpa tes. Sebagai seleksi yang bergantung pada nilai rapor semester 1 hingga 5, SNBP memberi peluang siswa berprestasi diterima di PTN favorit tanpa ujian.
Namun, sebelum para siswa dapat mendaftar, sekolah harus lebih dulu menginput data mereka. Kelalaian seorang guru yang ditugaskan menyebabkan proses tersebut gagal dilakukan tepat waktu, sehingga kesempatan mereka untuk ikut SNBP kandas.
Senin, 3 Februari 2025, ratusan siswa bergerak ke sekolah mengenakan pakaian serba hitam. Dengan tangis dan teriakan kecewa, mereka menyampaikan protes kepada pihak sekolah, termasuk guru yang bertanggung jawab.
Dalam aksi itu, seorang guru perempuan yang diduga lalai terlihat pasrah saat dihadang siswa. Polisi berusaha melindungi guru tersebut dari kerumunan siswa yang marah.
"Saya benar-benar mohon maaf kepada bapak ibu dan para siswa," ujar guru berinisial F tersebut dengan wajah lesu. Dia mengungkap bahwa pihak sekolah akan membiayai bimbingan belajar selama tiga bulan untuk membantu siswa menghadapi ujian masuk PTN jalur tulis.
Namun, tawaran solusi ini tidak meredakan emosi para siswa. "Secara pribadi saya mau minta maaf kepada para siswa dan saya mengaku bersalah atas kelalaian saya," ujar sang guru.
Seorang guru biologi kemudian turut berbicara di depan siswa. Dalam orasinya, ia mempertanyakan dampak banjir yang terjadi. "Siapa yang mendatangkan banjir? Siapa?" tanya guru itu dengan nada tinggi, seolah ingin mengaitkan banjir dengan keterlambatan input data.
Ucapan itu justru memicu kemarahan siswa. Salah satu siswa, Muhammad Hafis, menyatakan bahwa waktu yang diberikan untuk proses input data cukup panjang. Menurutnya, banjir tidak dapat dijadikan alasan atas kegagalan tersebut.
"Waktu dari Desember sampai akhir Januari itu panjang. Tapi kenapa tidak selesai juga? Bahkan di tengah banjir, dia sempat-sempatnya buat video TikTok main sampan. Kami kesal," ujar Hafis.
Sikap guru yang dianggap lebih sibuk bermain media sosial dibanding menyelesaikan tugas membuat kekecewaan siswa semakin besar. Orang tua siswa juga turut menyampaikan protes kepada pihak sekolah. Salah seorang di antaranya bahkan meminta agar guru yang lalai dipindahtugaskan.
"Saya minta pindahkan gurunya dari Kabupaten Mempawah demi nama baik SMA 1 Mempawah," ujar salah satu orang tua siswa.
Kepala SMA Negeri 1 Mempawah, Endang Superi Wahyudi, mengakui adanya keterlambatan dalam proses input data yang menyebabkan kegagalan siswa mengikuti SNBP. "Kami akui ini merupakan human error ataupun kelalaian dari kami," ungkap Endang.
Pihak sekolah menyatakan siap membiayai bimbingan belajar selama tiga bulan untuk membantu para siswa eligible menghadapi SNBT, ujian tulis masuk PTN.(*)
Editor: 91224 R-ID Elok