Repelita Jakarta - Politikus senior Akbar Faizal mengungkapkan pertanyaan yang sering diajukan masyarakat mengenai fenomena penempatan purnawirawan TNI-Polri dalam jajaran direksi dan komisaris perusahaan besar.
Ia secara terbuka meminta pendapat dari pakar bisnis dan manajemen, Rhenald Kasali, mengenai risiko bagi perusahaan yang berani menempatkan pensiunan TNI-Polri dalam posisi tersebut.
Akbar bertanya melalui unggahan di X, "Pak Rhenald mohon bantu jawab pertanyaan beberapa kawanku yang tampaknya sulit bagiku. Bang, apa risiko bagi perusahaan (biasanya perusahaan gede) yang berani menempatkan para pensiunan TNI-Polri sbg direksi dan komisaris? Ilmu mereka kok sepertinya lebih mumpuni dibanding para profesional ya?"
Akbar juga mengakui bahwa pemahamannya tentang dunia korporasi masih terbatas, sehingga ia mengajukan pertanyaan lain terkait alasan perusahaan memilih pensiunan TNI-Polri dalam posisi penting. "Sebenarnya pertanyaan lain masih ada. Mis, apa alasan korporasi pasang mereka2 itu? Tapi terserah Prof RK mau jawab yang mana dulu," tambahnya.
Dalam unggahan yang sama, Akbar menandai beberapa institusi akademik ternama, seperti Universitas Indonesia, Universitas Gadjah Mada, dan Institut Teknologi Bandung, menunjukkan keinginannya untuk membuka diskusi lebih luas mengenai peran purnawirawan dalam dunia bisnis di Indonesia.
Menanggapi pertanyaan tersebut, pengacara sekaligus pegiat media sosial, Nazlira Alhabsy, memberikan pandangannya. Ia menjelaskan bahwa ada pertimbangan konkret ketika korporasi menempatkan pensiunan bintang dalam jajaran direksi atau komisaris. "Tidak semata-mata sebab bintang atau jumlah bintang yang pernah ada dipundaknya," ujar Nazlira.
Nazlira melanjutkan bahwa purnawirawan TNI-Polri memiliki hubungan yang kuat dengan instansi dan pejabat pemerintah yang berkuasa. "Memiliki leadership yg mengakar pada institusi yang pernah dipimpinnya, database informasi penting dalam berbagai aspek yang bersinggungan dengan bisnis korporasi," bebernya.
Nazlira juga menambahkan bahwa pensiunan bintang memiliki pandangan moderat yang dapat berguna dalam dunia bisnis. "Berpandangan moderat, kompromistis, pragmatis dan diyakini tidak terperangkap dalam doktrin-doktrin nasionalis ideologis," ujarnya. (*)
Editor: 91224 R-ID Elok