Hizbullah Fokus pada Perang dengan Israel, Terlibat Minim dalam Konflik Suriah Utara
Kediri, 5 Desember 2024 – Hizbullah dilaporkan tidak terlibat dalam pertempuran yang berlangsung di Suriah utara antara kelompok pemberontak yang dipimpin Hayat Tahrir al-Sham dan pasukan rezim Suriah. Ini terjadi setelah kelompok militan tersebut mengalami kerugian besar dalam konflik dengan Israel yang baru-baru ini berakhir. Beberapa minggu terakhir, Hizbullah dikabarkan menarik pasukannya dari Suriah untuk fokus pada perang dengan Israel di Lebanon.
Selama perang yang meletus pada 2011, Hizbullah memainkan peran krusial dalam mendukung rezim Presiden Bashar al-Assad. Namun, dalam konflik terbaru di Suriah utara yang melibatkan kelompok Islam garis keras, kelompok Hizbullah tampaknya tidak akan ikut campur. Beberapa media Lebanon melaporkan bahwa pasukan Hizbullah di Suriah telah berkurang, dan mereka lebih memusatkan perhatian pada pertahanan di Lebanon setelah serangan Israel yang menargetkan fasilitas-fasilitas mereka di Suriah.
Menurut laporan dari Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHOR), pejuang Hizbullah tidak terlibat dalam pertempuran yang sedang berlangsung di Suriah utara. Riad Kahwaji, kepala Pusat Analisis Militer Timur Tengah dan Teluk, juga mencatat bahwa peran Hizbullah di Suriah berkurang karena banyak pejuang yang baru-baru ini kembali ke Lebanon. Mengingat perjanjian gencatan senjata dengan Israel, kemungkinan Hizbullah kembali terlibat di Suriah menjadi semakin sulit.
Ali Al-Amin, seorang aktivis politik, menilai bahwa keterlibatan Hizbullah dalam konflik Suriah saat ini akan merugikan posisi mereka di kalangan pendukungnya, mengingat situasi politik yang berubah di wilayah tersebut. Beberapa media juga mencatat bahwa kelompok ini kemungkinan hanya akan memantau dari kejauhan sambil fokus pada permasalahan domestik di Lebanon.
Kerugian Besar Hizbullah dalam Perang dengan Israel
Sementara itu, Hizbullah tengah menghadapi dampak besar dari konflik dengan Israel, yang berakhir minggu lalu. Perang ini mengakibatkan kerugian yang signifikan bagi kelompok tersebut, dengan sekitar 3.500 hingga 4.000 anggota tewas dan lebih dari 10.000 terluka. Kerugian ini jauh lebih besar dibandingkan dengan perang enam minggu tahun 2006, di mana Hizbullah melaporkan sekitar 260 anggota tewas.
Selain para pejuang, kelompok ini juga kehilangan banyak staf teknis dan sukarelawan yang mendukung operasi mereka. Banyak anggota yang masih dinyatakan hilang dan kemungkinan tewas akibat serangan Israel yang menggunakan persenjataan canggih. Tim pencarian korban tewas kini sedang berusaha mencari mayat-mayat yang tertimbun di bawah reruntuhan di wilayah Lebanon selatan, Lembah Bekaa, dan pinggiran selatan Beirut.
Menteri Kesehatan Lebanon yang akan segera lengser, Firas Abiad, mengungkapkan bahwa jumlah korban tewas akibat perang Israel sudah mencapai lebih dari 4.000 orang, dengan banyaknya pejuang Hizbullah yang diyakini gugur dalam pertempuran. Konflik ini juga menyebabkan lebih dari 16.500 orang terluka.
Dengan banyaknya korban yang jatuh, Hizbullah kini berada dalam situasi yang lebih sulit, dan fokus utama mereka terarah pada pemulihan dan menghadapi dampak perang di Lebanon. (*)
Editor: Elok WA R-ID