
Rusia Balas Serangan Ukraina dengan Rudal ICBM, Serang Dnipro
Moskow – Ketegangan antara Rusia dan Ukraina kembali meningkat setelah Rusia meluncurkan serangan balasan menggunakan rudal balistik antarbenua (ICBM) ke Ukraina. Serangan ini dilakukan pada Kamis (21/11/2024), setelah Ukraina meluncurkan Army Tactical Missile System (ATACMS) buatan AS ke wilayah Rusia.
Serangan ICBM tersebut dilaporkan menyasar kota Dnipro, sebuah kota strategis di Ukraina tengah. Menurut Angkatan Udara Ukraina, serangan ini merupakan bagian dari rangkaian serangan Rusia yang melibatkan berbagai jenis rudal, termasuk Kh-47M2 "Kinzhal" dan rudal jelajah Kh-101.
Dnipro, yang sebelumnya dianggap sebagai garis depan baru dalam perang melawan Rusia, kini menjadi target utama. Kota ini juga diketahui menjadi lokasi penggunaan persenjataan jarak jauh Ukraina untuk menyerang Rusia. Angkatan Udara Ukraina menyebutkan bahwa serangan ICBM diluncurkan dari wilayah Astrakhan, Rusia, dengan tujuan menghancurkan fasilitas industri di Dnipro.
Pihak Ukraina mengklaim bahwa serangan ini menggunakan rudal ICBM tipe "Rubezh-26" atau RS-26, yang diduga mengincar pabrik Yuzhmash di Dnipro. Meskipun demikian, Rusia belum mengonfirmasi klaim tersebut. Rubezh-26, jika benar digunakan, adalah rudal jarak menengah yang dirancang untuk membawa hulu ledak nuklir atau konvensional, meskipun hingga kini belum ada pengumuman resmi tentang pengadopsian rudal tersebut oleh Rusia.
Serangan ini juga mencakup peluncuran tujuh rudal jelajah Kh-101 dari pembom strategis Tu-95MS, yang diklaim telah dihentikan sebagian oleh sistem pertahanan udara Ukraina. Ukraina mengklaim telah mencegat enam dari tujuh rudal tersebut, namun satu rudal berhasil mencapai sasaran dan merusak fasilitas pabrik di Dnipro.
Perkembangan ini menunjukkan eskalasi signifikan dalam perang Ukraina-Rusia, dengan penggunaan senjata jarak jauh yang lebih canggih dari kedua belah pihak. Meskipun serangan ICBM ini tidak mengarah langsung pada penggunaan senjata nuklir, beberapa analis memperingatkan bahwa hal ini dapat memicu ketegangan lebih lanjut, termasuk kemungkinan intervensi langsung dari AS dan NATO.
Rusia, yang sebelumnya sudah memperingatkan akan melawan serangan jarak jauh Barat, kini menggunakan rudal balistik antarbenua sebagai respons terhadap serangan ATACMS yang dilancarkan oleh Ukraina ke wilayah Rusia. Serangan ini dianggap sebagai sinyal kesiapan Rusia untuk menggunakan senjata lebih berat, termasuk rudal dengan hulu ledak konvensional, dalam menghadapi serangan dari Ukraina dan sekutunya.
Serhii Lysak, Kepala Administrasi Militer Daerah Dnipropetrovsk, mengimbau warga Dnipro untuk tetap waspada dan mengikuti peringatan yang dikeluarkan pemerintah setempat, mengingat situasi yang semakin memanas.(*)

