
Repelita Jakarta - Mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menjadi pusat perbincangan setelah menyampaikan pandangannya tentang penanganan bencana yang menyelimuti berbagai wilayah Indonesia.
Ia menyoroti bahwa bangsa ini sedang bergulat dengan krisis kepercayaan dari kalangan masyarakat luas terhadap respons pemerintah dan tokoh publik.
"Kita punya PR, PR untuk mengisi kepercayaan publik. Akhir-akhir ini, banyak orang datang ke tempat bencana tetapi, bukan meningkatkan kepercayaan, tapi meninggikan sinisme. Betul nggak teman-teman?" tanya Anies saat memberi kuliah umum dalam acara 'Turun Tangan Festival 2025' di Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat, pada Minggu (7/12/2025).
Pendapat tersebut disampaikan sebagai teguran halus terhadap kebiasaan pejabat atau figur terkenal yang kerap muncul di lokasi musibah tanpa membawa perubahan konkret.
Menurut Anies, kehadiran semacam itu justru memperlemah ikatan kepercayaan rakyat, bukan memperkuatnya, karena terkesan lebih sebagai aksi simbolis daripada upaya sungguhan.
Ia menekankan bahwa tantangan terbesar saat ini adalah membangun kembali rasa percaya itu melalui teladan etis dan langkah-langkah riil, baik dari pemimpin maupun warga sipil.
Anies mengajak semua pihak untuk menyadari bahwa inisiatif sederhana dari individu biasa, tanpa dukungan jabatan atau dana besar, sering kali lebih berdampak daripada kunjungan formal yang hanya untuk dokumentasi.
Ruang untuk memulihkan kepercayaan tersebut harus diisi dengan komitmen berkelanjutan, rasa bertanggung jawab, dan sikap kemanusiaan yang tulus, bukan sekadar panggung politik atau media.
Baru-baru ini, Anies secara pribadi terlibat langsung dengan mengunjungi wilayah terdampak banjir parah di Kabupaten Aceh Tamiang.
Kedatangannya bertujuan menyampaikan bantuan barang kebutuhan sehari-hari sekaligus menyuntikkan motivasi bagi penduduk setempat yang kehilangan segalanya.
Kunjungan itu berlangsung secara low profile dan hanya tersebar melalui beberapa akun di media sosial, tanpa fanfare berlebihan.
Di sebuah pondok pesantren yang masih utuh di tengah kehancuran, Anies berbincang dengan seorang ustaz setempat sambil menyebut banjir tersebut sebagai ujian besar dari Yang Maha Kuasa.
Struktur pesantren itu berfungsi sebagai perisai alami, menyelamatkan rumah-rumah warga di sekitarnya dari hantaman kayu-kayu besar yang mengapung dari hulu sungai akibat aktivitas penebangan liar.
Di sisi lain, masjid di dekatnya tetap berdiri gagah, menjadi simbol ketabahan di tengah puing-puing rumah yang rata dengan tanah.
Selain itu, Anies juga terlihat berbagi cerita dongeng dengan anak-anak penyintas di tenda pengungsian, mencoba meredakan trauma mereka melalui hiburan sederhana dan penuh kasih sayang.
Aktivitas tersebut menjadi contoh nyata bagaimana tindakan kecil bisa membangun harapan di tengah duka, sejalan dengan pesan yang ia sampaikan di festival relawan tersebut.(*)
Editor: 91224 R-ID Elok

