
Repelita Jakarta - Menteri Komunikasi dan Digital, Meutya Hafid, menyatakan bahwa kecerdasan artifisial (AI) merupakan peluang besar untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional, bukan ancaman bagi tenaga kerja manusia.
Dalam pernyataannya yang dikutip pada Senin, 27 Oktober 2025, Meutya menjelaskan bahwa meskipun AI diperkirakan akan menggantikan sekitar 85 juta pekerjaan secara global pada tahun 2025, teknologi ini juga berpotensi menciptakan 90 juta lapangan kerja baru di berbagai sektor.
Ia menekankan bahwa AI perlu diwaspadai, namun tidak perlu ditakuti, karena dapat menjadi alat bantu yang memperkuat kemampuan manusia.
Menurut Meutya, Indonesia termasuk negara yang paling optimis dalam menyikapi perkembangan AI.
Berdasarkan berbagai survei, masyarakat Indonesia dinilai memiliki kesiapan tinggi dalam menerima teknologi baru tanpa rasa takut yang berlebihan.
Meutya menyampaikan bahwa AI harus dipandang sebagai penguat kapasitas manusia, bukan sebagai pengganti.
Kita coba melihat dan membicarakan AI dari perspektif yang berbeda. Bukan sekadar data dan angka, melainkan bagaimana AI bisa dimaknai sebagai alat bantu yang memperkuat manusia, ujarnya.
Pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Digital saat ini sedang menyusun Peta Jalan Nasional AI sebagai panduan strategis lintas sektor.
Regulasi tersebut direncanakan akan diterbitkan dalam bentuk Peraturan Presiden pada awal tahun 2026.
Insyaallah pada awal tahun 2026, Peraturan Presiden tentang peta jalan ini sudah dapat diterbitkan dan menjadi pedoman bagi kita semua, ungkapnya.
Selain regulasi, pemerintah juga fokus pada pemerataan akses digital agar seluruh masyarakat dapat merasakan manfaat dari teknologi AI.
Yang juga penting adalah bagaimana membuat AI berikutnya menjadi inklusif. Kami juga telah melelang frekuensi 1,4 GHz untuk menghadirkan internet yang lebih murah dan merata, jelas Meutya.
Ia juga mengajak seluruh pihak untuk menggunakan AI secara bijak dan bertanggung jawab.
Menurutnya, jika dimanfaatkan dengan baik, AI akan membawa dampak positif bagi masyarakat.
Demokrasi teknologi menuntut tanggung jawab bersama, dan kita semua memiliki peran yang sama penting dalam menentukan arah perkembangan AI ke depan, tukasnya.(*)
Editor: 91224 R-ID Elok

