Repelita Bandung - Pemerhati politik dan kebangsaan M Rizal Fadillah menegaskan bahwa perjuangan membongkar dugaan ijazah palsu Presiden Joko Widodo tidak akan berhenti, meski jalan yang ditempuh penuh tantangan.
Ia menyebut bahwa mengejar ijazah asli Jokowi adalah usaha yang sia-sia karena diyakini tidak akan ditemukan.
Sebaliknya, memburu ijazah palsu adalah langkah yang semakin mendekati titik terang.
Menurut Rizal, Jokowi sudah hampir menyerah dan kelelahan dalam menyembunyikan dokumen yang disebutnya sebagai barang haram.
Ia juga menyoroti keterlibatan Universitas Gadjah Mada dan aparat kepolisian yang dinilai ikut sibuk menyembunyikan keberadaan ijazah tersebut.
Rizal mengungkap bahwa setelah beberapa kali berhasil memaksa Prabowo Subianto datang ke Solo, kini giliran Jokowi yang terpaksa mendatangi kediaman Prabowo di Kertanegara pada Sabtu, 4 Oktober 2025.
Pertemuan tersebut berlangsung secara mendadak dan tertutup selama dua jam sambil makan siang, tanpa publikasi dari pihak Istana.
Langkah Jokowi dianggap sebagai bentuk pengakuan atas tekanan politik dan hukum yang semakin berat.
Rizal menilai bahwa Jokowi mulai goyah dan tidak mampu lagi tampil gagah, karena didera berbagai persoalan yang menimpa dirinya dan keluarganya.
Ia menyebut bahwa Jokowi kini membutuhkan bantuan Prabowo untuk menghadapi tekanan yang datang bertubi-tubi.
Hantaman terhadap Jokowi dan keluarganya mencakup isu ijazah palsu, dugaan korupsi, kasus Bobby Nasution, hingga posisi Gibran Rakabuming yang dinilai tidak aman.
Skandal ijazah palsu menjadi sorotan utama karena menyasar langsung kepada Gibran sebagai putra mahkota politik Jokowi.
Klaim sebagai alumnus UGM, MDIS Singapura, dan UTS Australia mulai diragukan publik.
Rizal menyebut bahwa Jokowi yang sebelumnya merasa di atas angin di Bareskrim Mabes Polri maupun Polda Metro Jaya kini mulai merasakan angin berbalik arah.
Penghentian penyelidikan kasus ijazah palsu di Bareskrim disebut dapat dilanjutkan kembali jika ditemukan bukti baru.
Jika proses hukum berlanjut, maka potensi peningkatan status menjadi penyidikan semakin besar.
Ia juga mengkritisi ketidakpastian proses hukum di Polda Metro Jaya.
Meskipun ijazah Jokowi baik tingkat SMA maupun S1 telah disita, belum ada kejelasan mengenai status hukum dokumen tersebut.
Rizal menduga bahwa hasil pemeriksaan laboratorium forensik justru membuktikan bahwa ijazah tersebut palsu.
Semangat para pemburu kebenaran semakin meningkat, didorong oleh keyakinan bahwa perjuangan mereka berlandaskan nilai Ketuhanan.
Sebaliknya, Jokowi dan para pendukungnya disebut telah mencapai titik nadir dalam membela kepalsuan.
Rizal menyebut bahwa mereka mulai meracau karena kelelahan, bahkan membawa isu pakaian dalam wanita ke ranah publik, entah asli atau palsu.
Ia menyebut bahwa hal tersebut menunjukkan kondisi stres yang dialami oleh para pembela Jokowi.
Sebanyak 12 terlapor di Polda Metro bersama tim kuasa hukum dan para pejuang lainnya bertekad untuk terus membongkar kebohongan dan penipuan yang dilakukan oleh Jokowi.
Mereka berkomitmen untuk memaksimalkan perjuangan, rela berkorban, dan siap menjadi martir demi tegaknya keadilan dan kebenaran.
Menurut Rizal, perjuangan tersebut merupakan bentuk pengabdian kepada kepentingan rakyat dalam melawan penyimpangan politik, hukum, ekonomi, dan agama.
Ia menyatakan bahwa kemenangan semakin dekat dan gerakan ini diibaratkan sebagai kereta yang telah berjalan dan tidak mungkin dihentikan.
Rizal mengajak siapa pun yang ingin ikut untuk naik ke dalam gerbong perjuangan.
Ia memperingatkan agar tidak ada yang menghalangi jalannya gerakan ini, karena jika tetap menghalangi maka akan ditabrak.
Gerakan ini disebut terus bergerak menuju stasiun keberhasilan, yaitu pengadilan terhadap Jokowi dan pemakzulan terhadap Gibran.(*)
Editor: 91224 R-ID Elok