Breaking Posts

10/trending/recent

Hot Widget

Type Here to Get Search Results !

Ferry Latuhinin Kritik Tajam Purbaya, Sebut Kebijakan Ekonomi Menyalahi Logika dan Hanya Ilusi Pertumbuhan

 

Repelita Jakarta - Ekonom senior Prof Ferry Latuhinin melontarkan kritik tajam terhadap kebijakan ekonomi yang dijalankan oleh Menteri Keuangan Purbaya Yudi Sadewa.

Ferry menilai bahwa sejumlah pernyataan Purbaya tidak masuk akal dan bertentangan dengan prinsip dasar ekonomi.

Dalam tayangan YouTube Indonesia Lawyers Club, Ferry menyebut bahwa pernyataan Purbaya menghina kecerdasan publik karena tidak didukung oleh perhitungan ekonomi yang rasional.

Ia menegaskan bahwa dirinya tidak mempermasalahkan gaya komunikasi Purbaya, tetapi akan mengkritik keras jika pernyataan yang disampaikan tidak logis.

Ferry menyebut bahwa suntikan dana Rp200 triliun ke sistem perbankan yang diklaim akan mendorong pertumbuhan ekonomi hanyalah harapan palsu.

Dengan menggunakan ICOR sebesar 6,7, Ferry menghitung bahwa tambahan pertumbuhan ekonomi dari stimulus tersebut hanya berkisar antara 0,06% hingga 0,11%.

Ia menilai bahwa janji pertumbuhan ekonomi sebesar 6% dari kebijakan tersebut merupakan ilusi yang tidak berdasar.

Ferry juga mengkritik kebijakan moneter dan fiskal yang dijalankan Purbaya karena dinilai memperburuk nilai tukar rupiah dan menurunkan kepercayaan investor.

Ia menyebut bahwa kenaikan nilai dolar hingga mendekati Rp17.000 per USD merupakan dampak langsung dari kebijakan yang dianggapnya tidak tepat.

Menurut Ferry, tanpa intervensi Bank Indonesia, nilai tukar dolar sudah menembus angka Rp17.000, dan tidak ada sisi positif dari kebijakan tersebut.

Ia juga menyoroti logika pemerintah dalam menaikkan suku bunga deposito dolar sebagai upaya mencegah capital flight.

Ferry menilai bahwa langkah tersebut justru mempercepat pelarian modal dari rupiah ke dolar, bahkan jika konversi dilakukan di dalam negeri.

Dalam kesempatan itu, Ferry menyarankan Presiden Prabowo Subianto untuk lebih jujur dalam menilai kondisi ekonomi warisan pemerintahan sebelumnya.

Ia menyebut bahwa meskipun infrastruktur telah dibangun, produktivitas justru menurun, dan masalah utama terletak pada birokrasi, korupsi, serta kepastian hukum.

Ferry memprediksi bahwa dengan pertumbuhan kredit yang anjlok dan undisbursed loan mencapai Rp2.735 triliun, ekonomi Indonesia berpotensi stagnan seperti Thailand dalam tiga tahun ke depan.

Ia memperingatkan bahwa jika tren tersebut berlanjut, dampaknya akan sangat serius, termasuk meningkatnya pengangguran, anjloknya daya beli, dan terkurasnya tabungan kelas menengah.

Ferry juga membandingkan kebijakan Purbaya dengan Sri Mulyani, menyebut bahwa meskipun Sri Mulyani hanya bertindak sebagai kasir negara, Purbaya justru menabrak logika ekonomi secara keseluruhan.

Ia mengkritik janji pertumbuhan ekonomi 8% yang disampaikan Purbaya karena tidak didukung oleh model ekonomi yang jelas dan hanya berdasarkan tabel serta grafik.

Ferry mengingatkan agar Purbaya berhenti membuat janji berlebihan karena ruang fiskal Indonesia sudah sangat terbatas.

Ia menegaskan bahwa meskipun rasio utang terhadap PDB tergolong rendah, debt service ratio Indonesia telah mencapai 24% dari APBN, tertinggi di dunia.(*)

Editor: 91224 R-ID Elok

Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Top Post Ad

Below Post Ad

ads bottom

Copyright © 2023 - Repelita.id | All Right Reserved