Breaking Posts

10/trending/recent

Hot Widget

Type Here to Get Search Results !

Anthony Budiawan Ungkap Dugaan Pembengkakan Biaya Kereta Cepat Whoosh hingga Tiga Kali Lipat

Repelita Jakarta – Ekonom senior Prof Anthony Budiawan mengungkapkan dugaan pembengkakan biaya dalam proyek pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) atau Whoosh yang menurutnya mencapai hampir tiga kali lipat dari standar internasional.

Ia menyebut bahwa proyek sejenis di Tiongkok hanya membutuhkan biaya antara 17 juta hingga 30 juta dolar Amerika Serikat per kilometer. Sementara di Indonesia, biaya pembangunan KCJB disebut mencapai 52 juta dolar AS per kilometer.

Menurut Anthony, angka tersebut sangat tidak wajar dan terlalu mahal jika dibandingkan dengan proyek serupa di negara lain. Ia menilai bahwa aparat penegak hukum perlu segera melakukan penyelidikan terhadap lonjakan biaya tersebut.

Karena proyek sejenis di Cina biayanya hanya 17 sampai 30 juta (dolar AS) per kilometer. Di kita 52 juta (dolar AS) per kilometer, ujar Anthony dalam tayangan podcast YouTube Forum Keadilan, Senin, 20 Oktober 2025.

Kalau dibandingkan dengan yang paling rendah, tentu hampir tiga kali lipat, tambahnya.

Anthony juga menyoroti bahwa medan antara Jakarta dan Bandung tidak tergolong sulit secara teknis. Menurutnya, biaya sebesar 25 juta dolar AS per kilometer sudah cukup untuk membangun jalur kereta cepat di wilayah tersebut.

Ia mempertanyakan mengapa proyek ini bisa mencapai dua kali lipat lebih tinggi dari standar biaya di Tiongkok. Menurutnya, pembengkakan biaya tersebut tidak bisa dianggap sebagai hal yang normal dalam proyek infrastruktur.

Lebih lanjut, Anthony mengungkapkan kecurigaannya terhadap keterlibatan Jepang dalam proses tender proyek KCJB. Ia menduga bahwa Jepang diikutsertakan bukan untuk bersaing secara teknis, melainkan untuk menaikkan harga proyek.

Jepang memang diikutkan di dalam tender Jakarta-Bandung, tetapi kemudian saya mencurigai bahwa Jepang diikutkan karena untuk mengatrol harga karena harga itu murah sekali, katanya.

Ia menjelaskan bahwa Jepang akhirnya tidak jadi digandeng karena meminta jaminan dari pemerintah Indonesia. Namun, menurutnya, keikutsertaan Jepang dalam proses tender tetap berdampak pada kenaikan estimasi biaya.

Dari Cina seharusnya murah, mungkin bisa 60 persennya. Nah, makanya Jepang diikutsertakan. Ke satu adalah memang harus ada tender dan kedua adalah memang untuk mengatrol harga, imbuhnya.

Anthony menegaskan bahwa transparansi dan akuntabilitas dalam proyek KCJB sangat penting untuk dijaga. Ia mendesak agar aparat penegak hukum segera turun tangan menyelidiki dugaan mark up agar tidak menimbulkan kerugian negara yang lebih besar.(*)

Editor: 91224 R-ID Elok

Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Top Post Ad

Below Post Ad

ads bottom

Copyright © 2023 - Repelita.id | All Right Reserved