
Repelita Jakarta - Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) atau Whoosh kembali menjadi perbincangan publik setelah muncul sorotan terhadap meningkatnya utang Indonesia kepada China dalam proyek tersebut.
Utang yang ditanggung melalui konsorsium PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) dilaporkan telah mencapai sekitar Rp116 triliun atau setara 7,2 miliar dolar AS. Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran karena dianggap berpotensi menambah beban keuangan negara di masa depan.
Akademisi Nanyang Technological University (NTU) Singapura, Prof. Sulfikar Amir, mengungkapkan bahwa beban besar tersebut berawal dari kunjungan Presiden Joko Widodo ke China pada masa awal pemerintahannya. Dalam kunjungan itu, Jokowi disebut terpesona setelah diajak Presiden China Xi Jinping mencoba kereta cepat di negeri tersebut.
“Jadi Jokowi waktu berkunjung ke Cina, saya enggak tahu, saya lupa tahun berapa mungkin 2015 atau 2017, diajak sama si Jinping naik kereta cepat, dan di situlah dia terpesona,” ujar Sulfikar melalui tayangan YouTube di kanal Abraham Samad SPEAK UP pada Rabu, 22 Oktober 2025.
Menurut Sulfikar, ketertarikan Presiden Jokowi terhadap teknologi China menjadi salah satu alasan proyek kereta cepat akhirnya dijalankan bersama pihak Tiongkok. “Jokowi kan agak naif soal teknologi. Jadi dia pikir kereta cepat buatan China sudah yang paling maju,” lanjutnya.
Sulfikar juga mengungkapkan bahwa saat Presiden Jokowi meresmikan operasional KCJB di Stasiun Halim, Jakarta Timur, pada Senin, 2 Oktober 2025, masyarakat di Beijing merayakannya dengan penuh kebanggaan.
“Orang-orang di Beijing sangat bangga sekali, karena ini adalah pertama kali mereka berhasil mengalahkan Jepang,” kata Sulfikar menegaskan.
Pernyataan akademisi tersebut menambah panjang daftar kritik terhadap proyek yang sejak awal disebut sarat dengan risiko pembengkakan biaya dan ketergantungan terhadap pembiayaan asing. Proyek ini dinilai perlu diaudit secara menyeluruh agar tidak menjadi beban permanen bagi perekonomian nasional. (*)
Editor: 91224 R-ID Elok

