Repelita Washington - Coca-Cola mengumumkan perubahan besar pada resep minumannya dengan mengganti sirup jagung fruktosa tinggi menjadi gula tebu murni khusus untuk pasar Amerika Serikat.
Langkah ini diambil setelah Presiden AS Donald Trump mengkritik penggunaan sirup jagung dan mendesak perusahaan minuman tersebut untuk memakai pemanis alami.
Trump menegaskan hal ini sebagai bagian dari kampanye Make America Healthy Again yang digalang Menteri Kesehatan Robert F. Kennedy Jr.
Trump melalui Truth Social, Jumat 18 Juli 2025, mengungkapkan dirinya sudah berbicara langsung dengan pihak Coca-Cola.
Ia mengklaim sudah mendapat kesepakatan bahwa gula tebu akan mulai dipakai sebagai pengganti sirup jagung pada produk Coca-Cola di Amerika.
Trump menyebut perubahan ini akan memberi dampak positif bagi kesehatan masyarakat.
Dalam keterangan resminya, Coca-Cola membenarkan produk dengan pemanis baru tersebut akan mulai dipasarkan pada musim gugur 2025.
Perubahan resep ini sekaligus menjadi bagian dari strategi inovasi mereka untuk menjangkau konsumen yang menginginkan pilihan minuman dengan pemanis alami.
Sebelumnya, penggunaan sirup jagung fruktosa tinggi dalam produk minuman ringan sudah lama menuai sorotan para pemerhati kesehatan di Amerika.
Robert F. Kennedy Jr. menyebut konsumsi sirup jagung berlebihan berkontribusi pada tingginya angka obesitas, diabetes, dan penyakit metabolik lain.
Di sisi lain, beberapa ahli nutrisi justru menilai perubahan bahan pemanis ini tidak terlalu berdampak besar secara kesehatan.
Pakar gizi Marion Nestle dari Universitas New York mengatakan baik sirup jagung maupun gula tebu sama-sama mengandung glukosa dan fruktosa.
Ia mengingatkan satu kaleng Coca-Cola tetap memiliki kandungan gula yang tinggi.
Menurut Nestle, reputasi buruk sirup jagung muncul karena bahan tersebut tergolong murah dan sering dipakai dalam produk ultra-proses.
Nestle menilai perubahan ini justru bisa membuat masyarakat keliru menganggap Coca-Cola lebih sehat.
Dalam laporan keuangan kuartal kedua, Coca-Cola mencatat kenaikan pendapatan sebesar 2,5 persen menjadi USD 12,62 miliar.
Coca-Cola juga menghadapi tantangan baru dari kebijakan tarif impor aluminium yang dinaikkan Trump hingga 50 persen.
Mereka pun mempertimbangkan penggantian kemasan botol aluminium ke botol plastik.
CEO Coca-Cola James Quincey sebelumnya menegaskan komitmen perusahaan untuk terus mengurangi kadar gula pada produk minumannya.(*)
Editor: 91224 R-ID Elok