Repelita Jakarta - Mantan Sekretaris Kementerian BUMN, Muhammad Said Didu, menyoroti isu dua matahari dalam pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.
Isu tersebut kembali mencuat usai kabar pencopotan Letjen TNI Kunto Arief Wibowo, yang merupakan putra Jenderal (Purn) Try Sutrisno.
Kunto sempat disebut-sebut bakal digeser dari jabatannya sebagai Pangkogabwilhan I.
Namun keputusan itu kemudian dibatalkan.
Menurut Said Didu, dinamika ini menunjukkan adanya tarik-menarik kekuatan internal di tubuh TNI dan lingkar kekuasaan.
Ia menyoroti bahwa sejumlah posisi strategis di TNI saat ini masih dikuasai oleh figur-figur yang dekat dengan Presiden sebelumnya, Joko Widodo.
“Panglima TNI, Dandim Surakarta (Solo) 2009-2011, Danrem Bogor 2020, Komandan Paspampres 2020-2021, Panglima TNI 2023 diangkat oleh Jokowi,” ujar Said Didu melalui akun X @msaid_didu.
Ia juga menyoroti posisi Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) yang dinilai memiliki keterkaitan erat dengan lingkaran kekuasaan Jokowi.
“KSAD 2023-sekarang diangkat oleh Jokowi,” tambahnya.
Said Didu menyebut KSAD saat ini memiliki rekam jejak panjang bersama Jokowi, mulai dari Komandan Grup A Paspampres hingga menjabat KSAD.
Ia juga menyinggung Laksda Hersan, yang sebelumnya disebut sebagai calon pengganti Kunto, memiliki latar belakang sebagai ajudan Jokowi.
“Laksda Hersan, Ajudan Presiden Jokowi 2014-2016, Sekmilpres Jokowi 2022-2023,” tandasnya.
Pakar Hukum Tata Negara Refly Harun juga angkat bicara mengenai pembatalan pencopotan Letjen TNI Kunto Arief Wibowo.
Refly menilai, situasi ini merupakan ujian loyalitas di internal TNI yang mencerminkan adanya dua pusat kekuasaan.
Sebelumnya sempat beredar salinan keputusan Panglima TNI tertanggal 29 April 2025 yang menetapkan pemberhentian Letjen Kunto.
Sebagai pengganti, disebutkan nama Laksda TNI Hersan.
Ia dikenal sebagai mantan ajudan Presiden ke-7 Jokowi.
Namun keputusan tersebut hanya bertahan satu hari, sebelum akhirnya dibatalkan.
Menurut Refly, Letjen Kunto yang merupakan anak dari Try Sutrisno turut terdampak akibat sikap sang ayah yang ikut menandatangani petisi pemakzulan terhadap Gibran Rakabuming Raka.
“Try Sutrisno salah satu yang bertandatangan pada tuntutan purnawirawan, yang berimbas kepada Kunto.
Dan, yang naik adalah mantan ajudannya Jokowi,” ujar Refly.
Ia menilai, keputusan untuk membatalkan pencopotan ini adalah sinyal dari Presiden Prabowo bahwa kendali kekuasaan berada di tangannya.
“Ini seperti dalam sepakbola.
Ketika Messi menunjukkan siapa bosnya di lapangan, Prabowo juga menunjukkan siapa bosnya di politik pertahanan,” pungkas Refly.(*)
Editor: 91224 R-ID Elok