Repelita Jakarta - Kinerja dua maskapai besar Asia memperlihatkan kontras yang mencolok dalam laporan keuangan terbaru mereka.
Singapore Airlines mencetak keuntungan besar senilai 2,8 miliar dolar AS atau sekitar Rp47 triliun.
Pencapaian tersebut bahkan terjadi setelah mereka membagikan bonus kepada pegawai selama 7,45 bulan.
Keberhasilan ini menjadi contoh positif bagi industri penerbangan global yang tengah bangkit pascapandemi.
Sementara itu, maskapai nasional Garuda Indonesia mengalami tekanan keuangan serius.
Perusahaan pelat merah ini mencatatkan kerugian sebesar Rp1,2 triliun sepanjang tahun 2024.
Kerugian ini diduga kuat dipicu oleh tingginya beban operasional dan tumpukan utang yang masih membelit.
Perbandingan ini menyoroti perbedaan strategi manajemen dan kondisi pasar yang dihadapi masing-masing perusahaan.
Singapore Airlines mampu menjaga efisiensi dan pelayanan sehingga tetap kompetitif di pasar internasional.
Sebaliknya, Garuda Indonesia terus berjuang memperbaiki performa keuangannya yang belum pulih sepenuhnya.
Kondisi ini memicu diskusi hangat di kalangan pelaku pasar, investor, dan pengamat industri penerbangan.
Mereka menyoroti perlunya transformasi dan efisiensi berkelanjutan agar Garuda Indonesia dapat kembali bersaing secara sehat. (*)
Editor: 91224 R-ID Elok