Repelita Jakarta – Polemik terkait citra digital Gibran Rakabuming Raka mencuat setelah serangkaian unggahan tentang kunjungannya ke Nusa Tenggara Timur (NTT).
Pakar komunikasi dan media, Hersubeno Arief, memberikan komentar tajam mengenai konten yang dipublikasikan.
Menurutnya, konten tersebut lebih terlihat seperti usaha pencitraan yang terkesan dibuat-buat.
Ia menilai langkah tersebut merupakan contoh dari apa yang disebut sebagai “politik sundel bolong”.
Istilah tersebut merujuk pada upaya menciptakan citra positif tanpa adanya substansi yang mendalam.
Dalam pengamatannya, Hersubeno menyatakan bahwa penggunaan media sosial oleh Gibran tampak lebih ditujukan untuk membangun imej ketimbang memberikan manfaat nyata bagi masyarakat NTT.
Ia juga menekankan bahwa pencitraan semacam itu dapat berdampak buruk pada kredibilitas politik.
Hersubeno mengingatkan bahwa politik yang efektif harus mengedepankan integritas dan substansi, bukan hanya sekadar tampilan publik yang terkesan dibuat-buat.
Publik semakin sadar akan manipulasi yang mungkin terjadi, terutama dalam era keterbukaan informasi seperti sekarang.
Kritik terhadap strategi komunikasi Gibran semakin menguat, dengan masyarakat yang menginginkan politisi tampil lebih autentik dan dapat dipercaya dalam setiap langkahnya.
Pencitraan berlebihan dapat menurunkan tingkat kepercayaan publik jika tidak diimbangi dengan tindakan yang mendalam dan tulus.
Editor: 91224 R-ID Elok