Repelita Jakarta - Ketua Dewan Ekonomi Nasional Luhut Binsar Pandjaitan memberikan respons tenang terhadap laporan Badan Pusat Statistik (BPS) yang menunjukkan pertumbuhan ekonomi nasional pada kuartal I 2025 hanya berada di bawah lima persen.
Menurutnya, capaian itu masih dalam batas yang wajar.
Ia menegaskan bahwa data serupa juga pernah terjadi pada era Presiden Jokowi.
"Mungkin kalau lihat datanya zaman Pak Jokowi itu kan tidak beda jauh," ujarnya di kawasan Istana Kepresidenan Jakarta.
Meski demikian, Luhut menyatakan keyakinannya bahwa kondisi ekonomi Indonesia akan segera membaik.
"Iya lah harus optimis kita," katanya singkat.
Ketika dimintai pendapat mengenai turunnya belanja pemerintah sebesar 1,3 persen, Luhut tak membantah.
Ia mengakui bahwa hal itu menjadi tantangan yang harus segera diatasi.
"Itu harus kita genjot lagi," ucapnya.
Namun, saat ditanya lebih lanjut mengenai strategi apa yang akan diterapkan untuk meningkatkan belanja tersebut, ia memilih tidak menjelaskan.
"Nggak tahu," ujarnya sembari tersenyum.
Di sisi lain, BPS sebelumnya mengumumkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I 2025 hanya menyentuh angka 4,87 persen secara tahunan (year-on-year/yoy).
Angka tersebut lebih rendah dibandingkan kuartal yang sama pada tahun sebelumnya.
Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti mengungkapkan bahwa Produk Domestik Bruto (PDB) Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) pada periode ini tercatat Rp 5.665,9 triliun.
Sementara PDB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) mencapai Rp 3.264,5 triliun.
"Sehingga pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I 2025 adalah sebesar 4,87 persen secara yoy," jelas Amalia dalam konferensi pers di Jakarta.
Jika dibandingkan dengan kuartal IV 2024 atau secara Quarter-to-Quarter (QtQ), ekonomi Indonesia tercatat mengalami kontraksi sebesar -0,98 persen.
Amalia menjelaskan bahwa pola ini sejalan dengan tren tahunan, di mana kuartal pertama biasanya mencatat pertumbuhan yang lebih rendah dibandingkan kuartal keempat.
Secara tahunan, pertumbuhan ekonomi kuartal I 2025 sebesar 4,87 persen juga tercatat lebih rendah dibandingkan capaian pada kuartal I 2024 yang mencapai 5,11 persen.
Meski begitu, seluruh sektor lapangan usaha menunjukkan pertumbuhan positif secara tahunan.
Amalia menjabarkan lima sektor utama yang menjadi kontributor terbesar bagi pertumbuhan adalah industri pengolahan, perdagangan, pertanian, dan konstruksi.
Namun, sektor pertambangan justru mengalami kontraksi atau pertumbuhan negatif.
(*)
Editor: 91224 R-ID Elok