Repelita Jakarta – Ledakan besar mengguncang pelabuhan Shahid Rajaee di Bandar Abbas, Iran, pada Sabtu pagi (26/4/2025), bertepatan dengan dimulainya putaran ketiga negosiasi nuklir antara Iran dan Amerika Serikat di Muskat, Oman.
Menurut laporan, sedikitnya 281 orang dilaporkan terluka akibat ledakan tersebut.
Sementara itu, lebih dari 500 orang dilaporkan mengalami cedera.
Namun, hingga saat ini, belum ada laporan resmi mengenai korban jiwa.
Ledakan terjadi di kawasan yang dekat dengan pangkalan Garda Revolusi Islam Iran (IRGC), yang telah menjadi sasaran serangan siber sebelumnya.
Beberapa pihak menduga bahwa serangan ini mungkin terkait dengan upaya untuk menggagalkan proses diplomasi yang sedang berlangsung.
Sementara itu, negosiasi nuklir antara Iran dan AS dilanjutkan di Oman.
Pembicaraan ini difasilitasi oleh Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, dan utusan AS untuk Timur Tengah, Steve Witkoff.
Tujuan utama dari pertemuan ini adalah untuk mencapai kesepakatan yang membatasi program nuklir Iran, khususnya terkait dengan pengayaan uranium dan kemampuan misil.
Presiden AS, Donald Trump, menyatakan optimisme terhadap kemungkinan tercapainya kesepakatan.
Namun, ia juga menegaskan bahwa opsi militer tetap terbuka jika diplomasi gagal.
Sementara itu, Iran menuntut agar sanksi ekonomi yang membebani rakyatnya dicabut sebagai bagian dari kesepakatan, namun menolak untuk mengurangi pengayaan uranium atau program misilnya.
Kedua belah pihak sepakat untuk melanjutkan pembicaraan teknis pada minggu depan.
Namun, dengan adanya ledakan besar di pelabuhan Shahid Rajaee, proses diplomasi ini menghadapi tantangan besar.
Pihak berwenang Iran belum memberikan pernyataan resmi mengenai penyebab ledakan tersebut.
Perkembangan ini menunjukkan bahwa meskipun ada upaya diplomasi, situasi di lapangan tetap rentan terhadap eskalasi kekerasan yang dapat mengancam stabilitas kawasan.(*)
Editor: 91224 R-ID Elok