Repelita Wonogiri - Rencana pendirian pabrik semen di Kecamatan Pracimantoro, Wonogiri, menuai sorotan publik. Industri skala besar ini dinilai dapat menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan, terutama karena berada di kawasan Geopark Gunungsewu yang telah mendapatkan status UNESCO Global Geopark pada 2023.
Sebelumnya, rencana pembangunan pabrik sempat diwacanakan di Kecamatan Giriwoyo, namun mendapat penolakan warga. Kini, pemindahan ke Pracimantoro juga memicu kekhawatiran serupa. Akun media sosial violinastwt mempertanyakan mengapa lokasi pembangunan dipilih di kawasan yang seharusnya dilindungi.
Ramadan Deffa Mararizqi, seorang penggiat wisata, mengunjungi desa Watangrejo, lokasi rencana pembangunan pabrik. Dalam unggahannya, ia menunjukkan bahwa sebagian besar lahan di titik tersebut adalah lahan produktif berupa sawah, kebun, dan hutan masyarakat. Ia juga menyoroti adanya sumber mata air utama di dekat pabrik yang menjadi sumber kehidupan warga sekitar.
"Di bawah tanahnya atau di dasar bukit ada aliran sungai dan luweng atau lubang resapan air di daerah karst," ujarnya. Menurutnya, keberadaan pabrik di kawasan Karst Bentang Alam Karst (KBAK) dapat mengganggu sirkulasi air dan merusak ekosistem.
Deffa juga menjelaskan bahwa bukit-bukit kecil di sekitar lokasi, yang disebut konikel, akan menjadi bahan tambang untuk produksi semen. "Bisa dibayangkan kerusakan alam yang terjadi, kawasan hijau berubah menjadi gersang dan berpolusi udara akibat eksplorasi pertambangan," imbuhnya.
Meski izin Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal) menyebutkan adanya greenbelt sebagai pembatas eksplorasi, masyarakat tetap khawatir pengembangan industri akan meluas ke daerah lain dan mengancam kawasan KBAK.
Sebagai alternatif, Deffa menyarankan agar kawasan geopark dikembangkan menjadi geotourism berbasis sustainable tourism. "Pariwisata hijau akan membuka lapangan kerja baru dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan dan kawasan KBAK," pungkasnya.(*).
Editor: 91224 R-ID Elok