Repelita Jakarta - Bak jejak kaki di tanah lumpur yang meski telah kering masih dapat dikenali, demikianlah persoalan yang oleh Adian Radiatus menjerat mantan presiden Joko Widodo alias Jokowi yang kini menjadi pergunjingan masyarakat. Situasi ini dinilai sebagai salah satu yang paling memprihatinkan sekaligus memalukan dalam sejarah kepresidenan Republik Indonesia.
Presiden Prabowo Subianto harus berjibaku mengatasi berbagai ketidaklayakan kebijakan pemerintahan Jokowi tanpa kehebohan fantastis baik secara nilai ekonomis maupun politis selama seratus hari kerja kabinet Merah Putih. Banyak hal yang belum terungkap atau terdeteksi hingga kini.
Warisan moralitas selama sepuluh tahun kepemimpinan Jokowi disebut-sebut memunculkan pejabat yang bersikap jahat terhadap kepentingan rakyat, mental koruptif, serta permainan politik yang kental dengan kolusi, korupsi, dan nepotisme secara vulgar.
Pembangunan fisik infrastruktur yang masif dinilai tidak mampu menutupi aib Jokowi, terutama setelah pemecatannya sebagai anggota atau petugas partai PDIP. Pemecatan tersebut menjadi titik terendah dalam karier seorang pemimpin negara. Untungnya, hal ini tidak berlanjut pada upaya konstitusional terkait dugaan penyalahgunaan kekuasaan.
Pertanyaan besar pun muncul, apakah Jokowi benar-benar memiliki kewibawaan dan kekuatan pribadi sebagai pemimpin negara yang sejati? Ataukah kehadirannya hanya hasil dari konspirasi kelompok elite politik dan ekonomi yang berusaha menghadang Prabowo dengan karakter nasionalis yang militan?
Pasca-kepemimpinannya, Jokowi dianggap bukan sebagai pemimpin sejati apalagi seorang negarawan. Berbagai kebijakannya dinilai menyebabkan kerugian besar bagi keuangan negara dan menunda kesempatan kemajuan rakyat secara signifikan.
Jokowi juga diduga dimanfaatkan oleh elite tertentu yang menempatkannya sebagai akses berkuasa dalam skenario “negara dalam negara”. Kelompok tersebut diduga masih terkoneksi dengan Jokowi dan tidak menghendaki kepemimpinan Presiden Prabowo. Mereka bahkan berpotensi mengganggu kinerja pemerintahan baru dengan berbagai intrik dan narasi negatif melalui media sosial.
Beberapa indikasi menunjukkan adanya komplotan di belakang Jokowi yang menurut Adian Radiatus secara senyap mencoba melemahkan kepemimpinan Prabowo dengan cibiran, sindiran, dan fitnah yang tidak terbukti.
Meskipun mungkin tidak dapat dituntut secara hukum, kerusakan sistem manajemen kepemimpinan negara dinilai sebagai kombinasi antara pribadi Jokowi dan komplotan elite di belakangnya. Kelompok tersebut dianggap lebih berbahaya karena masih menguasai berbagai lini sumber daya alam dan kehidupan rakyat dalam berbagai strata distribusi ekonomi dan politik.(*)
Editor: 91224 R-ID Elok