Breaking Posts

6/trending/recent

Hot Widget

Type Here to Get Search Results !

Penunjukan Nawaf Salam Sebagai Perdana Menteri Lebanon, Pukulan Telak bagi Hizbullah

 Presiden Lebanon Tunjuk Nawaf Salam, Nasib Hizbullah Terancam?

Repelita, Beirut – Presiden Lebanon Joseph Aoun menunjuk Nawaf Salam, Ketua Mahkamah Internasional (ICJ), sebagai calon perdana menteri (PM) setelah mayoritas anggota DPR mendukungnya pada Senin (13/1/2025). Penunjukan ini menjadi pukulan bagi Hizbullah yang menuduh pihak lawannya berusaha mengeksklusikan mereka.

Pemilihan Salam mencerminkan perubahan besar dalam keseimbangan kekuasaan di Lebanon setelah kelompok Syiah yang didukung Iran, Hizbullah, kalah dalam perang dengan Israel tahun lalu, dan sekutu mereka, Bashar al-Assad dari Suriah, digulingkan.

Presiden Aoun menyatakan bahwa Salam, yang saat ini berada di luar negeri dan dijadwalkan kembali pada Selasa (14/1/2025), menerima dukungan dari 84 anggota DPR Lebanon dari 128 kursi. Aoun pun memanggil Salam untuk membentuk pemerintahan baru.

Salam mendapatkan dukungan dari faksi Kristen, Druze, dan beberapa anggota DPR dari fraksi Muslim Sunni, termasuk mereka yang mendesak Hizbullah untuk menyerahkan senjata mereka yang dianggap merusak negara. Namun, anggota DPR Lebanon dari Hizbullah dan sekutunya, Gerakan Amal, yang menguasai semua kursi yang diperuntukkan bagi Syiah, tidak mengusulkan nama siapa pun. Hal ini menunjukkan mereka tidak berniat bergabung dalam pemerintahan Salam, yang dapat memicu perpecahan sektarian jika mereka tetap berada di luar kabinet.

Anggota DPR senior Hizbullah, Mohammed Raad, yang sebelumnya mendukung Najib Mikati untuk tetap menjabat, mengkritik langkah ini. "Kami sudah merentangkan tangan dengan memilih Joseph Aoun sebagai presiden minggu lalu, tapi tangan itu dipotong," katanya. "Setiap pemerintahan yang bertentangan dengan koeksistensi tidak memiliki legitimasi," sambungnya.

Pemilihan Joseph Aoun sebagai presiden dan penunjukan Salam sebagai PM baru menandai pergeseran dalam peta politik Lebanon yang selama ini dikuasai Hizbullah. Ini juga menandakan kebangkitan pengaruh Saudi di Lebanon, yang sebelumnya kalah saing dengan Iran dan Hizbullah.

Salam, yang disebut oleh anggota parlemen Kristen, Gebran Bassil, sebagai "wajah reformasi", menghadapi tantangan besar. Selain membangun kembali wilayah yang hancur akibat serangan udara Israel, pemerintahan baru juga perlu meluncurkan reformasi untuk menghidupkan kembali ekonomi dan mengatasi penyebab keruntuhan sistem keuangan Lebanon pada 2019.

Aoun berharap pembentukan pemerintahan dapat berjalan lancar dan cepat karena "kita memiliki peluang besar di luar negeri", merujuk pada janji dukungan asing. (*)

Editor: 91224 R-ID Elok

Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Top Post Ad

Below Post Ad

ads bottom

Copyright © 2023 - Repelita.id | All Right Reserved