Repelita Jakarta - Tokoh PPP Mudrick M. Sangidu, yang dikenal dengan julukan "Mudrick Mega Bintang," baru-baru ini meninggal dunia di usia 81 tahun. Kepergian Mudrick yang dikenal sebagai pejuang PPP dan umat Islam Solo ini mengundang rasa kehilangan mendalam. Ia meninggal di RS Indriati Sukoharjo pada Minggu (19/1/2025) setelah beberapa hari berada dalam kondisi koma akibat perawatan intensif di ICU.
Berita duka ini pertama kali disampaikan oleh teman-teman Mudrick, termasuk H Sutoyo Abadi dan M Dono Raharjo, yang mendapat kabar dari teman di Solo mengenai kondisi Mudrick yang semakin memburuk. Pada Sabtu malam, 18 Januari, mereka berada di Gedung BRIN, Jakarta, untuk memenuhi undangan pernikahan putra wartawan senior Aendra Medita. Keesokan harinya, sekitar pukul 14.00, kabar duka pun tersebar, dan Mudrick akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya.
Mudrick Sangidu dikenal sebagai sosok yang tidak takut mengkritisi pemerintahan, termasuk kepemimpinan Presiden Jokowi. Ia menyatakan bahwa pemerintahan Jokowi cenderung oligarkis dan tidak demokratis. Pengalaman Mudrick dengan Jokowi berawal sejak Jokowi menjabat sebagai Walikota Solo, di mana keduanya bersahabat dengan Ketua PDIP Solo, FX Hadi Rudyatmo. Mudrick pun dengan cepat menerima tawaran untuk bergabung dalam Petisi 100 pada masa itu, yang berisi tuntutan pemakzulan Jokowi.
Pada tahun 1997, Mudrick terlibat dalam peralihan suara besar-besaran dari PDI Megawati ke PPP lambang "Bintang" setelah peristiwa penzaliman yang dialami oleh PDI di tangan pemerintahan Soeharto. Selama itu, PPP dan PDI Megawati sama-sama melawan "Beringin," partai yang mendukung pemerintah Soeharto. Keterlibatannya dalam politik dan pergerakan rakyat menjadikannya sebagai sosok penting di dunia politik Indonesia.
Tindakannya yang paling mengesankan adalah pemrakarsa aksi People Power yang berlangsung di Solo pada Juli 2023. Perkumpulan tokoh dan aktivis seperti Prof Amin Rais, Dr Taufik, Prof Eggi Sudjana, KH Syukri Fadholi, Rizal Fadillah, dan lainnya berkumpul untuk membahas pentingnya gerakan rakyat sebagai solusi untuk mengatasi rezim yang semakin otoriter. Mudrick dan rekan-rekannya menilai bahwa hanya dengan gerakan rakyat semesta atau people power, pemerintahan yang tidak demokratis dapat digulingkan.
Sebagai seorang tokoh yang mendalami masalah ketidakadilan, Mudrick menolak keras campur tangan Presiden Jokowi dalam Pemilu 2024. Ia bahkan menulis surat terbuka kepada Presiden untuk meminta agar Istana tidak dijadikan Posko Pemenangan bagi calon tertentu. Bagi Mudrick, prinsip hidup yang dijaga adalah membela mereka yang terzalimi, karena yang paling merasakan ketidakadilan adalah orang miskin.
M Rizal Fadillah, sebagai pemerhati politik dan kebangsaan, mengungkapkan bahwa kepergian Mudrick Sangidu adalah kehilangan besar bagi bangsa ini. "Banyak pelajaran yang telah diberikan oleh Pak Mudrick, baik dalam perjuangan politik, keadilan sosial, maupun dalam memperjuangkan hak-hak rakyat. Beliau adalah sosok yang tak kenal lelah dalam membela kepentingan bangsa dan umat Islam," ujar Rizal Fadillah.
Mudrick yang memiliki keteguhan prinsip dalam membela yang terzalimi, terutama orang miskin, tetap dikenang sebagai pejuang gigih yang tak pernah gentar melawan ketidakadilan. Semoga perjuangannya menjadi teladan bagi generasi muda yang mendatang. "Selamat jalan Pak Mudrick Sangidu. Semoga Allah senantiasa merahmati dan memasukkan ke dalam Surga Jannatun Naim. Aamiin," ucap Rizal Fadillah dalam mengenang tokoh tersebut.
Kepergian Mudrick Sangidu meninggalkan banyak pelajaran dan tauladan bagi generasi penerus, khususnya generasi muda. Banyak yang mengenang perjuangan dan keteguhannya dalam memperjuangkan keadilan untuk rakyat.
Selamat jalan Pak Mudrick Sangidu. Semoga Allah SWT senantiasa merahmati dan memasukkan ke dalam Surga Jannatun Naim. Aamiin. (*)
Editor: 91224 R-ID Elok