
Repelita Yogyakarta - Pakar Telematika Roy Suryo memberikan tanggapan terkait kehadiran mantan Presiden Jokowi dalam acara Dies Natalis Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada yang digelar Jumat, 17 Oktober 2025.
Roy menilai acara tersebut sarat kejanggalan dan mengandung unsur rekayasa yang disengaja.
“Jumat kemarin, untuk kesekian kalinya publik Indonesia mau coba diperdaya dengan sebuah (sandiwara) peristiwa yang sangat lucu,” ujar Roy, 19 Oktober 2025.
Ia menyebut skenario yang dipertontonkan dalam acara itu menyerupai pertunjukan lawak, bahkan melebihi dagelan legendaris kelas Srimulat.
Meski begitu, Roy menekankan masyarakat kini lebih kritis dan tidak mudah lagi terperdaya oleh peristiwa semacam ini.
“Alhamdulillah masyarakat yang diwakili oleh Netizen +62 sudah terbiasa cerdas untuk tidak percaya kekonyolan tersebut,” tambahnya.
Roy menyoroti kejanggalan tanggal pelaksanaan Dies Natalis Fakultas Kehutanan UGM yang menurutnya tidak sesuai tradisi kampus.
“Peristiwa yang maunya disebut Dies Natalis Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada ke-62, itu pun sangat terasa janggal dalam skala kewarasan,” ungkapnya.
Ia menjelaskan tanggal pelaksanaan seharusnya mengikuti hari lahir fakultas yang tercatat pada SK Menteri PTIP No. 99 Tahun 1963, yakni 17 Agustus 1963.
“Sejak itu Dies Natalis selalu digelar antara 18 hingga 24 Agustus setiap tahun, bukan di bulan Oktober seperti sekarang,” tegas Roy.
Roy juga menyoroti pernyataan Jokowi yang mengaku kuliah di Jurusan Teknologi Kayu di FKT UGM, yang menurutnya tidak pernah ada dalam catatan resmi fakultas.
“Uniknya, dari kelahirannya sampai sekarang, tidak pernah ada nama Jurusan Teknologi Kayu yang pernah disebut-sebut oleh Jokowi saat acara di FKT-UGM tahun 2017 silam,” katanya.
Ia menambahkan soal definisi alumni di lingkungan UGM dan KAGAMA yang berubah sejak 2014, di mana alumni kini tidak harus lulus, cukup pernah terdaftar sebagai mahasiswa.
“Dalam AD-ART KAGAMA yang diubah melalui Munas ke-XII tahun 2014, definisi alumni di UGM kini tidak lagi harus mereka yang sudah lulus dan punya ijazah asli, namun cukup mereka yang pernah terdaftar sebagai mahasiswa UGM saja,” jelas Roy.
Roy menekankan perubahan tersebut menunjukkan adanya relasi kuasa yang terjadi pada masa tersebut saat Joko Widodo menjabat Presiden.
“Ini jelas menunjukkan adanya relasi kuasa yang terjadi dalam perubahan tersebut,” tutupnya. (*)
Editor: 91224 R-ID Elok

