
Repelita Jakarta - Proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung atau Whoosh kini menghadapi beban utang yang cukup besar bagi pihak yang menanggungnya.
Proyek yang awalnya direncanakan sebagai kerja sama murni antarperusahaan akhirnya tidak lepas dari campur tangan pemerintah.
Untuk menjaga kelangsungan proyek, Whoosh harus mendapat dukungan dana dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
Pemerintah juga memberikan jaminan pembayaran utang dan meregulasi sejumlah aturan terkait proyek ini.
Ketua Dewan Ekonomi Nasional Luhut Binsar Pandjaitan mengakui bahwa proyek KCJB menghadapi berbagai persoalan sejak masa perencanaan.
Sebagai Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi pada masa Presiden Joko Widodo, Luhut terlibat langsung dalam pengurusan proyek, termasuk negosiasi dengan pihak China.
"Saya sudah bicara dengan China karena saya yang dari awal mengerjakan itu, karena saya terima sudah busuk itu barang. Kemudian kita coba perbaikin, kita audit, BPKP, kemudian kita berunding dengan China," ujar Luhut dalam acara "1 Tahun Prabowo-Gibran" di Jakarta, dikutip Sabtu, 18 Oktober 2025.
Kondisi keuangan PT Kereta Cepat Indonesia China atau KCIC menunjukkan kerugian besar, meski perusahaan tidak merilis laporan keuangannya secara terbuka.
Kerugian tersebut terlihat dari laporan keuangan PT KAI, induk usaha dan pemegang saham terbesar di PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia atau PSBI.
PSBI adalah konsorsium BUMN yang menjadi pemegang saham mayoritas di KCIC dan dibentuk pada era Menteri BUMN Rini Soemarno.
Dalam laporan keuangan per 30 Juni 2025, PSBI mencatat kerugian sebesar Rp 4,195 triliun sepanjang 2024.
Artinya, secara harian, konsorsium BUMN Indonesia menanggung kerugian sekitar Rp 11,493 miliar per hari.
Kerugian berlanjut hingga semester I-2025, periode Januari hingga Juli, PSBI membukukan kerugian Rp 1,625 triliun.
KAI memegang porsi saham terbesar di PSBI yakni 58,53 persen, sehingga menanggung kerugian paling besar sekitar Rp 951,48 miliar pada semester I-2025.
Pada tahun penuh 2024, KAI menanggung kerugian sebesar Rp 2,24 triliun, atau Rp 6,14 miliar per hari.
Pemegang saham lain PSBI yaitu Wika dengan 33,36 persen, Jasa Marga 7,08 persen, dan PTPN VIII 1,03 persen, menanggung kerugian secara proporsional.
Jumlah investasi pembangunan Kereta Cepat Jakarta Bandung mencapai sekitar 7,27 miliar dolar AS atau Rp 120,38 triliun dengan kurs Rp 16.500.
Sekitar 75 persen dari total investasi dibiayai melalui pinjaman dari China Development Bank dengan bunga 2 persen per tahun.
Utang proyek KCJB menggunakan skema bunga tetap selama 40 tahun pertama, jauh lebih tinggi dibanding proposal Jepang yang menawarkan 0,1 persen per tahun.
Total utang belum termasuk tambahan pinjaman akibat pembengkakan biaya sebesar 1,2 miliar dolar AS, dengan bunga di atas 3 persen per tahun.
Sebagian besar pembiayaan Whoosh berasal dari pinjaman CDB, ditambah penyertaan modal pemerintah lewat APBN serta kontribusi ekuitas konsorsium BUMN dan perusahaan China sesuai porsi saham.
Lebih dari separuh biaya untuk menutup pembengkakan biaya ditanggung dari tambahan utang CDB, sisanya dari patungan modal BUMN Indonesia dan pihak China.
Cost overrun ditanggung oleh kedua pihak, dengan 60 persen oleh konsorsium Indonesia dan 40 persen oleh konsorsium China. (*)
Editor: 91224 R-ID Elok

