
Repelita Jakarta – PDI Perjuangan kembali menegaskan penolakannya terhadap kehadiran Tim Senam Israel dalam Kejuaraan Dunia Senam Artistik yang dijadwalkan berlangsung pada akhir Oktober 2025.
Juru bicara PDI Perjuangan, Guntur Romli, menyatakan bahwa sikap tersebut merupakan kelanjutan dari penolakan terhadap Timnas U20 Israel pada tahun 2023.
Ia menegaskan bahwa penolakan ini merupakan pilihan konstitusional yang berpijak pada prinsip bahwa bangsa Indonesia tidak boleh menjalin kerja sama dengan pihak penjajah.
Menurut Guntur, selama Israel masih melakukan penjajahan terhadap tanah Palestina, maka Indonesia harus bersikap tegas.
“Sikap kami adalah pilihan konstitusional bahwa bangsa Indonesia tidak boleh memiliki kerjasama dengan pihak-pihak penjajah. Selama Israel masih menjajah tanah Palestina,” ujar Guntur Romli pada Rabu, 8 Oktober 2025.
Ia juga mengutip amanat pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan bahwa kemerdekaan adalah hak segala bangsa dan penjajahan harus dihapuskan karena bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan.
PDI Perjuangan memiliki landasan historis yang kuat dalam sikap penolakannya terhadap Israel, yang berakar dari kebijakan Presiden pertama Indonesia, Bung Karno.
Bung Karno dikenal dengan sikap tegasnya menolak keberadaan dan hubungan dengan Israel sebagai bentuk solidaritas terhadap perjuangan rakyat Palestina.
Penolakan tersebut tidak hanya berupa retorika, tetapi diwujudkan dalam tindakan nyata di bidang olahraga dan diplomasi.
Salah satu contoh terjadi pada tahun 1958, ketika Indonesia lolos ke babak penyisihan Piala Dunia FIFA.
Bung Karno memerintahkan Timnas Indonesia untuk tidak bertanding melawan Israel dalam kualifikasi sebagai bentuk dukungan terhadap Palestina yang tengah menghadapi pendudukan.
Keputusan tersebut menjadi simbol perlawanan terhadap penjajahan yang dilakukan oleh Israel.
Puncak dari sikap tegas Bung Karno terjadi pada Asian Games ke-4 tahun 1962 di Jakarta.
Pemerintah Indonesia saat itu menolak mengeluarkan visa bagi atlet Israel, yang menyebabkan pembatalan partisipasi mereka dalam ajang tersebut.
Akibatnya, Indonesia diskors oleh Komite Olimpiade Internasional (IOC) dan memilih keluar dari organisasi tersebut.
Sebagai alternatif, Indonesia mendirikan Games of the New Emerging Forces (Ganefo) pada tahun 1963.
Dalam ajang tersebut, Bung Karno kembali menegaskan penolakannya terhadap kehadiran atlet Israel melalui pidato yang menyuarakan ketidakadilan.
Sikap tersebut lahir dari pengalaman pribadi Bung Karno sebagai pejuang kemerdekaan, yang membuatnya memiliki empati mendalam terhadap penderitaan rakyat Palestina.
“Hingga kini, kebijakan tersebut menjadi warisan yang masih dipegang teguh oleh Indonesia, khususnya telah terjadi genosida kemanusiaan di Gaza Palestina yang merupakan bukti kebiadaban tentara Israel,” tandas Guntur Romli.(*)
Editor: 91224 R-ID Elok

