Repelita Jakarta - Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion Dedi Kurnia Syah menilai mantan Presiden ketujuh Indonesia Joko Widodo justru diuntungkan dengan merebaknya tuduhan ijazah palsu yang diarahkan kepadanya.
Dedi menyebut pihak-pihak yang selama ini menggugat keaslian ijazah Jokowi, seperti Roy Suryo dan kelompoknya, tanpa sadar telah memberi ruang bagi Jokowi untuk memanfaatkan isu tersebut demi kepentingan politik tertentu.
Ia berpendapat bahwa narasi ijazah palsu sejatinya tidak memiliki substansi kuat, namun tetap mampu digunakan Jokowi untuk menjaga sorotan publik tetap terarah kepadanya.
Menurut Dedi, langkah Jokowi membuat laporan polisi atas tuduhan tersebut hingga kemudian hadir dalam reuni alumni Universitas Gadjah Mada bukan semata untuk membantah isu, melainkan bagian dari strategi memperpanjang polemik agar tetap hangat diperbincangkan masyarakat.
Dedi meyakini bahwa langkah Jokowi menghadiri reuni alumni UGM belakangan ini menjadi bukti bagaimana narasi tersebut sengaja dijaga agar tetap memicu debat publik.
Dari kacamata politik, Dedi menilai Jokowi memanfaatkan isu ijazah palsu sebagai sarana mengalihkan perhatian masyarakat dari kebijakan-kebijakan besar yang diambilnya, salah satunya terkait Ibu Kota Negara baru.
Selain itu, Dedi juga menyebut polemik ini berpotensi menahan laju kritik publik terhadap isu-isu sensitif lain, seperti dugaan praktik nepotisme serta sorotan tajam mengenai kapasitas Gibran Rakabuming Raka sebagai Wakil Presiden.
Ia menduga narasi tersebut sengaja dipelihara untuk membendung tuntutan atau desakan yang dapat melemahkan posisi Gibran di pemerintahan mendatang.
Dedi menegaskan bahwa Jokowi menunjukkan kelihaian politik dengan memanfaatkan konflik untuk menutup isu-isu besar lain yang lebih mendasar.
Menurutnya, Jokowi tidak hanya cerdik tetapi juga bisa saja secara tidak langsung turut mendesain narasi yang kini terus berkembang di tengah masyarakat.(*)
Editor: 91224 R-ID Elok