Repelita Jakarta - Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia Zayyid Sulthan merespons keputusan BEM Universitas Gadjah Mada dan BEM Universitas Diponegoro yang menarik diri dari aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia.
Zayyid menilai keputusan dua kampus itu sebagai bentuk dinamika pendapat serta perbedaan visi dalam memaknai arah gerakan mahasiswa.
Menurut Zayyid yang akrab disapa Athan, BEM UI tetap berpegang pada prinsip agar BEM SI berjalan sesuai nilai idealisme mahasiswa.
Ia menekankan BEM SI seharusnya bebas dari intervensi pihak mana pun dan tidak mendekat pada lingkar kekuasaan.
Athan mengingatkan agar BEM SI tidak sampai disusupi kepentingan tertentu yang membuatnya menjadi alat untuk menenangkan situasi politik belaka.
Mahasiswa, kata Athan, wajib menjaga idealisme dan tidak menjual gerakan mahasiswa ke kelompok mana pun.
BEM UI, lanjutnya, tetap mendukung aksi yang lahir dari nilai-nilai idealisme, bukan yang terkesan elitis dan mendekat ke pejabat.
Sebelumnya, BEM UGM dan BEM Undip memutuskan keluar dari BEM SI setelah Musyawarah Nasional XVIII BEM SI Kerakyatan di Padang, Sumatera Barat, pada 13–19 Juli 2025 memicu polemik.
Munas tersebut menuai sorotan lantaran turut melibatkan politikus, aparat, pejabat daerah, hingga perwakilan Badan Intelijen Negara dalam forum yang digelar di Universitas Dharma Andalas.
Athan menambahkan BEM UI akan mempertimbangkan langkah berikutnya terkait keanggotaan dalam BEM SI usai pecah kongsi ini.
Menurutnya, BEM UI siap tetap bersama BEM SI jika nilai idealisme tetap dijaga.
Namun jika tidak, Athan menegaskan BEM UI pun siap berdiri sendiri.(*)
Editor: 91224 R-ID Elok