Repelita Jakarta - Tokoh Nahdlatul Ulama, Umar Hasibuan, menyampaikan pandangannya tentang perbedaan sikap antara Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono dengan Presiden Joko Widodo dalam menjalani masa pensiun.
Ia menyebut bahwa SBY memilih untuk menjauh dari media dan menikmati masa pensiun secara tenang.
Sementara itu, Jokowi justru dinilai ingin tetap menjadi sorotan publik.
“Kenapa SBY selepas dari presiden menjauhi media massa.
Sedangkan orang ini seolah pengen diperhatikan terus,” ujar Umar dalam akun X miliknya, @UmarHasibuan__.
Ia menyarankan agar Jokowi belajar dari Menko Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan yang memilih menikmati masa tenangnya dengan bersantai dan bersikap simpatik.
“Andai Jokowi mengisi masa pensiunnya happy kayak Luhut ini pasti keren,” tulisnya.
Umar menambahkan bahwa Jokowi seharusnya tidak lagi sibuk mencari perhatian publik.
Hal ini karena anaknya, Gibran Rakabuming Raka, telah menjadi Wakil Presiden, dan menantunya, Bobby Nasution, telah terpilih sebagai Gubernur Sumatera Utara.
“Anak sudah wapres dan menantu sudah gubernur.
Apa sih yang dicari lagi sama Jokowi?
Ternyata post power syndrome itu berat,” tulis Umar.
Pernyataan ini mengundang reaksi dari warganet.
Sebagian mendukung kritik tersebut, menganggap bahwa mantan presiden sebaiknya memberi ruang kepada pemimpin baru untuk bekerja tanpa bayang-bayang dari masa lalu.
Namun ada pula yang menilai bahwa setiap mantan presiden memiliki cara masing-masing dalam menjalani masa purnatugas.
Sebelumnya, SBY juga pernah menyampaikan bahwa dirinya telah selesai menjalankan perannya sebagai presiden dan memilih untuk fokus menikmati kehidupan pribadi.
Dalam sebuah kesempatan, SBY menyatakan, “Pak Jokowi sudah pensiun.
Seperti saya.
Sudah ada presiden baru, namanya Prabowo Subianto.”
Pernyataan tersebut menjadi penegasan bahwa masa transisi dari seorang presiden ke masa pensiun sebaiknya dilakukan dengan sikap yang tenang dan bijaksana.
Sebagai mantan kepala negara, langkah dan sikap Jokowi di masa mendatang tetap menjadi perhatian publik.
Oleh sebab itu, setiap tindakan maupun pernyataan akan selalu dinilai dan diperbandingkan dengan pendahulunya.
Editor: 91224 R-ID Elok